Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kobe Bryant, Leila Janah, dan Nilai Sebuah Kebaikan

28 Januari 2020   23:18 Diperbarui: 28 Januari 2020   23:16 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leila Janah, pendiri Samasource (sumber foto: samasource.com)

Keduanya juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dan keduanya meninggal dunia dalam dalam usia yang relatif masih muda. Kobe meninggal di usia 41 tahun, Leila Janah meninggal dunia di usia 37 tahun.

Yang lebi penting lagi, baik Kobe maupun Leila Janah memberi teladan akan arti dan nilai sebuah kebaikan.

Mengenal Leila Janah

Leila Janah adalah pendiri perusahaan Samasource. Terlahir sebagai anak imigran India yang datang ke Amerika Serikat tanpa membawa apa-apa, Leila Janah berkembang menjadi sosok pengusaha wanita yang sukses.

Masa kecilnya ia gambarkan sebagai pengalaman hidup yang sangat sulit, terutama terkait masalah finansial. Karena itu, sejak masa remaja Leila Janah sudah bekerja keras memberi les dan mengasuh anak di sela-sela waktu belajarnya.

Pada usia 17 tahun, Leila Janah mendapat beasiswa dari American Field Service. Leila berhasil meyakinkan AFS untuk membiarkannya mengajar di Ghana di mana dia menghabiskan waktu 6 bulan selama tahun SMA-nya.

Di Ghana, Janah mengajar bahasa Inggris kepada siswa-siswa muda di desa Akuapem, dan banyak dari mereka yang buta. Pengalaman inilah yang memicu hasrat Janah untuk bekerja dan mengabdi di tanah Afrika.

Selepas SMA, Janah kuliah di Universitas Harvard dan lulus pada 2005 dengan gelar di Studi Pembangunan Afrika. Di antara masa kuliahnya itu, Janah melakukan kerja lapangan di Mozambik, Senegal dan Rwanda. Janah juga sering konsultasi serta menulis makalah untuk Kelompok Penelitian Pengembangan Bank Dunia dan organisasi Ashoka tentang hak-hak sosial dan ekonomi.

Pekerjaan pertamanya setelah lulus kuliah adalah mengelola call center di Mumbai.Saat berbincang dengan salah satu karyawan, Janah bercerita bahwa ia bepergian dengan becak dari rumahnya di Dharavi, daerah kumuh terbesar di dunia, untuk bekerja setiap hari.

Saat itulah datang ide untuk mendirikan perusahaan nirlaba yang bisa mempekerjakan penduduk di kawasan kumuh.

"Saya pikir,' Bagaimana jika kita dapat menemukan call center di daerah kumuh? '" Kenangnya.

Janah lalu melepas pekerjaannya dan kembali ke Amerika Serikat. Di sana, Janah, bersama rekannya Steve yang ia kenal saat kerja lapangan di Afrika mendirikan perusahaan Samasource (saat itu disebut Market for Change).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun