Begitu banyak penghargaan yang diberikan kepada Ibu di masyarakat kita hingga timbul ungkapan dalam bahasa Arab,Â
"Al-Jannatu Tahtaa aqdaamil Ummahaat",Â
"Surga itu berada dibawah telapak kaki Ibu."
Dalam ajaran Islam sendiri, sosok Ibu ditempatkan begitu tinggi derajatnya dibandingkan Ayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan seseorang bertanya pada Nabi Muhammad,Â
"Kepada siapa aku harus berbakti untuk pertama kali?"
Nabi Muhammad SAW kemudian menjawab, "Kepada ibumu, ibumu, ibumu, kemudian kepada ayahmu" (HR. Bukhari).
Ibu, Ibu, Ibu, baru kemudian ayah. Ibu yang mengandung kita selama sembilan bulan, yang terasa olehnya bagai sembilan tahun.
Ibu yang melahirkan kita dengan penuh perjuangan hingga hampir menghilangkan nyawanya. Seandainya Ibu diberi pilihan antara hidup kita dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kita tetap hidup dengan suaranya yang paling keras.
Suatu ketika, Â Ibnu Umar r.a ditanya seseorang yang sudah melayani ibunya selama 20 tahun lebih dan menggendongnya kemana ia pergi, apakah pengabdiannya itu bisa membalas budi ibunya?
Jawab Ibnu Umar r.a, "Seberapapun beratnya perjuanganmu untuk membalas budi Ibumu, itu tidak sebanding dengan satu kali tarikan nafasnya yang ia keluarkan ketika melahirkanmu".
Begitu besarnya budi Ibu hingga dikatakan kita tak akan pernah bisa membalas budinya. Begitu besarnya jasa Ibu hingga kita kerap melupakan peran Ayah.Â