Usai sholat Jumat, Jono dan Joni mampir sebentar di warung kopi Mak Ijah di sebelah masjid. Sambil menikmati secangkir kopi dan pisang goreng, keduanya asyik membaca koran yang memang sengaja disediakan Mak Ijah untuk pembeli di warung kopinya.
Tiba-tiba Jono menyenggol lengan Joni.
"Kau lihat dua orang itu, Jon?" bisik Jono tiba-tiba sambil menunjuk sembunyi-sembunyi pada dua orang pemuda yang baru keluar dari masjid.
"Yang mana?" tanya Joni melihat ke arah yang ditunjuk.
"Itu, yang berbadan tegap barusan keluar dari masjid."
"Oh itu. Terus kenapa?" tanya Joni tidak mengerti.
"Mereka polisi, Jon," jawab Jono.
"Iya, terus kenapa kalau mereka polisi? Gak boleh Jumatan di sini? Memangnya ini masjid moyangmu?" cerocos Joni.
"Buset kau, bukan itu maksudku. Kata orang-orang, mereka ditugaskansebagai polisi masjid untuk mengawasi ceramah-ceramah, termasuk khutbah Jumat," jelas Jono dengan sabar, masih dengan berbisik-bisik.
"Buat apa ceramah dan khutbah diawasi?" tanya Joni masih tidak mengerti.
"Dengar-dengar sih masjid kita terindikasi radikal Jon. Makanya sekarang ada Polisi Masjid  yang ditugaskan mengawasi di sini."