Salah satu teknik menulis yang paling sulit dikembangkan adalah menulis biografi atau profil seseorang. Sulitnya di mana?
Obyektifitas atau netralitasnya.
Jujur saja, saat menulis bio atau profil seseorang, kita cenderung melebih-lebihkan. Entah itu sesuatu yang kita sukai, atau hal-hal yang kita benci.
Saat menulis profil tokoh yang kita kagumi, kita banyak memakai bahasa hiperbolis yang menonjolkan setiap kelebihannya. Kecenderungan ini akhirnya membuat kita terjebak pada glorifikasi atau pengkultusan pribadi.
Bahaya Glorifikasi dan Demonisasi
Kultus individu atau pemujaan kepribadian (bahasa Inggris: Cult of personality) muncul ketika seseorang menggunakan media massa, propaganda, atau metode lain untuk menciptakan figur ideal atau pahlawan, seringkali melalui pujian yang berlebihan.
Sementara glorifikasi (asal kata bahasa Inggris: Glorification) adalah aksi melebih-lebihkan sesuatu sehingga terkesan hebat luar biasa, sangat suci, atau sempurna tanpa cela.
Lawan kata glorifikasi adalah demonisasi, yakni sikap melebih-lebihkan keburukan atau kejahatan hingga sesuatu jadi tampak buruk luar biasa, jahat sempurna, tidak ada sedikitpun kebaikannya.
Glorifikasi, kultus individu maupun demonisasi justru akan melemahkan kualitas tulisan biografi yang kita buat. Artikel profil yang kita tulis akan terlihat sangat tidak obyektif. Kecenderungan ini juga akan membuat kita terjebak lebih dalam lagi pada upaya memitologikan tokoh tersebut.
Mitologi tak hanya berkutat pada hal-hal yang super baik saja. Keburukan dari tokoh tersebut pun akan dimitoskan. Yang baik jadi dewa, yang buruk jadi iblis.
Belajar Menulis Profil dari Michael H. Hart
Salah satu penulis yang berhasil menjaga obyektifitasnya, dan bisa menjadi role model dalam teknik menulis biografi adalah Michael H. Hart, penulis buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia.