Mereka melakukan tugas-tugas penting seperti menyintesis vitamin, membantu pencernaan makanan, dan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh kita.
Bakteri-bakteri ini  tidak mengancam, dan mengisi celah yang berbeda untuk mencegah patogen , bakteri berbahaya agar tidak mendapat pijakan di dalam tubuh yang dihuninya.
Ketika kita minum antibiotik, saluran pencernaan kita seperti dibombardir. Antibiotik ini membunuh bakteri jahat - tetapi juga bakteri baik. Antibiotik saat ini tidak dapat membedakan mana yang harus dibunuh dan mana yang harus tetap dipertahankan hidup.
Antibiotik menyelamatkan hidup dengan membunuh bakteri menular, tetapi mereka adalah pembunuh tanpa pandang bulu. Hilangnya bakteri baik dapat membuat seseorang rentan terhadap masalah kesehatan pasca-antibiotik.
Antibiotik juga dapat memicu reaksi alergi, dan mereka dapat mengganggu mikrobioma usus dengan cara yang menyebabkan atau berkontribusi pada penyakit radang usus dan masalah kesehatan lainnya.
Mudahnya pemberian resep antibiotik
Meskipun efek negatif antibiotik sudah diketahui oleh para ilmuwan, banyak dokter yang memberi resep antibiotik sama mudahnya dengan meminta pasiennya minum air putih.
Dokter masih meresepkan antibiotik secara teratur untuk berbagai kondisi, mulai dari flu hingga infeksi telinga hingga radang tenggorokan dan infeksi saluran kemih. Bahkan ketika kita sakit gigi, salah satu obat yang hampir pasti ada dalam resep dari dokter gigi adalah antibiotik!
Mudahnya para dokter memberi resep antibiotik juga tak lepas dari permintaan pasiennya sendiri. Para pasien ini masih termakan dogma lama, bahwa pil ini bisa membunuh sumber penyakit yang mereka derita.
Pasien Anak Paling Rentan Terhadap Antibiotik
Ironisnya, mudahnya pemberian antibiotik ini justru sebagian besar menyentuh pasien anak-anak. Sakit batuk, antibiotik. Sakit panas, antibiotik.
Flu karena habis hujan-hujanan, langsung diberi antibiotik. Klinik dokter anak dipenuhi dengan pasien anak yang hampir setiap 1-3 minggu datang kembali - kebanyakan - dengan keluhan yang sama, yaitu demam, batuk dan pilek. Padahal penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus, bukan bakteri.
Menurut almarhum Prof.Dr. Iwan Darmansjah, Sp.FK, Guru Besar Emeritus Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penggunaan antibiotik untuk populasi pediatrik (pasien anak) perlu memperoleh perhatian khusus karena kecenderungan pemakaian yang berlebihan.