"Terima kasih lho mas sudah bersedia memberi pelatihan di sini. Soalnya jarang sekali, dan mungkin belum pernah ada pelatihan digital di desa-desa," kata seorang Pendamping Desa di desa Suruh, Kabupaten Trenggalek.
Dua minggu yang lalu, saya diminta Gapura Digital untuk menjadi fasilitator materi pelatihan online di Desa Suruh, Kabupaten Trenggalek. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari permintaan Pendamping Desa Suruh yang mendapat bantuan dari Kementrian Pedesaan, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian PDT).
Desa Suruh, Trenggalek merupakan sentra penghasil susu kambing etawa (SKE). Selama ini, hasil susu kambing mereka dijual mentah ke pabrik pengolahan susu kambing yang ada di Jawa Tengah. Untuk lebih memberdayakan hasil ternak dan ekonomi masyarakat sekitar, Kemendes PDT memberikan dana bantuan melalui Program Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal.
Melalui program tersebut, Kemendes PDT berharap desa Suruh yang selama ini menjual mentah susu kambing mereka, akan memiliki pusat pengolahan susu kambing sendiri. Selain itu, masyarakat desa juga diberi pelatihan membuat produk hasil olahan susu kambing, seperti es krim, krupuk susu sampai permen susu kambing.
Program inkubasi tak hanya berhenti pada proses produksi saja, tapi juga bagaimana menjual produk mereka. Karena itu, warga desa Suruh, khususnya pelaku UMKM diberi pelatihan pemasaran online, agar produk buatan mereka bisa lebih dikenal dan dipasarkan pada masyarakat luas, tak hanya di seputaran Kabupaten Trenggalek saja.
Minimnya Pelatihan Digital di Kota-Kota Kecil
Apa yang disampaikan pendamping desa di atas memang benar adanya. Bukan hanya sekali ini saya mendapat keluhan tentang minimnya pelatihan digital di desa atau di kota-kota kecil. Hampir semua kegiatan pelatihan digital dipusatkan di kota-kota besar.
Seperti yang disampaikan Bu Nurul, pemilik usaha Tape Crispy di Bondowoso. Sewaktu saya menjadi fasilitator Gapura Digital atas undangan Bappeda Bondowoso, Bu Nurul mengatakan dirinya sampai harus pergi ke Kota Malang untuk mengikuti kelas pelatihan digital, karena tidak ada pelatihan serupa yang diselenggarakan di kotanya.
Memang, di kota besar banyak terdapat UMKM. Namun, apakah itu berarti kita harus menafikan keberadaan UMKM yang berada di kota-kota kecil, atau malah di desa-desa?
Harapannya tentu saja tidak seperti itu. Pelaku UMKM di kota kecil atau di daerah pelosok lainnya juga memiliki hak yang sama untuk memperoleh akses pelatihan digital. Namun hingga saat ini, belum terlihat pemerataan pelatihan digital untuk pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
Beberapa perusahaan besar melalui dana CSR mereka memiliki program pelatihan digital, tapi semuanya terfokus di kota-kota besar. Padahal potensi UMKM tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja. Justru, sumber daya UMKM paling banyak terdapat di kota-kota kecil, yang menjadi hulu dari produk-produk yang dijual UMKM kota besar.