Penemuan internet dan segala sesuatu di dalamnya (Internet of  Things/IoT) telah membuka kunci distribusi konten instan di seluruh dunia.Â
Sementara perangkat lunak dan teknologi telah memungkinkan siapa pun dengan gawai untuk membuat musik, video, blog, video game, buku, hingga menelurkan sebuah pemikiran.
Ada lebih banyak TV, musik, film, buku, blog, permainan video, dan informasi yang dapat diakses daripada sebelumnya. Sebagian besar tersedia secara instan dan global. Beberapa di antaranya "diproduksi secara profesional," sementara banyak yang masih bersifat amatir.
Pada saat yang sama, kita juga memiliki akses ke hampir semuanya. Kondisi ini membuat kita terjebak dalam situasi yang sangat sulit: Bagaimana mungkin menemukan konten yang paling sesuai dengan selera kita di antara miliaran pilihan? Siapa yang mau memilih dan memilah milyaran konten yang tersedia?
Situasi yang sama juga dihadapi pebisnis. Bagaimana caranya mendistribusikan konten, memperkenalkan brand dan produk mereka di tengah milyaran konten lain yang saling berlomba menarik perhatian audiens?
Munculnya Influencer Marketing
Dalam pemasaran digital, konten boleh menjadi raja. Tapi tanpa distribusi yang tepat, konten seperti singa yang kehilangan gigi taringnya.
Media sosial adalah satu-satunya jalur yang paling cepat dan sangat efektif untuk mendistribusikan konten. Lebih dari 3 miliar orang terhubung melalui berbagai platform media sosial, yang semuanya memiliki kemampuan untuk membujuk orang lain melalui video, gambar dan kata-kata.
Hampir secepat media sosial itu muncul, secepat itu pula "influencer"Â lahir. Influencer, sederhananya, adalah orang-orang yang mengambil keuntungan dari ukuran pengikut media sosial mereka.
Dengan bermodal jumlah follower yang mencapai ribuan bahkan jutaan akun, Influencer bisa dengan mudah mendapat pekerjaan dan upah dengan mempromosikan merek, produk atau konten tertentu. Inilah yang disebut "Influencer Marketing".
Influencer marketing bekerja berdasarkan kepercayaan. Pengguna merasa percaya pada influencer sebagaimana mereka percaya pada sahabat baiknya.Â
Ketika mempercayai influencer, pengguna merasa mendapat sumber rekomendasi baru, dari seseorang yang "pernah ke sana, melakukan hal itu, memakai produk ini."