"Batu-kertas-guunting...."
"Aku menang," kata seorang anak kecil dengan tangan mengepal.
"Aku yang menang. Aku kan kertas, kamu batu," kata anak kecil lain yang jadi lawan mainnya.
Siapa di antara kita yang belum pernah main adu suit tangan? Demikian populernya permainan ini hingga boleh dibilang semua anak kecil sampai dewasa hingga saat ini pernah memainkannya.
Dibilang permainan, sebenarnya tidak juga. Adu suit tangan sering digunakan untuk pemilihan acak, seperti halnya pelemparan koin, dadu, dan lain-lain. Beberapa permainan dan olahraga menggunakannya untuk menentukan peserta mana yang bermain terlebih dahulu.
Permainan ini pertama kali disebutkan di buku "Wuzazu" karya penulis Dinasti Ming Cina Xie Zhaozhi. Dalam buku tersebut, asal usul adu suit tangan ini konon bermula sejak jaman dinasti Han China (206 SM hingga 220 M).
Penulis China lainnya, Li Rihua dalam buku 'Note of Liuyanzhai' juga menyebutkan permainan ini, yang dinamakan shoushiling, huozhitou, atau huoquan yang artinya "perintah tangan". Versi asli permainan ini menggambarkan gestur tangan mewakili binatang-binatang tertentu yang saling mengalahkan.
Dari China, permainan ini kemudian diekspor ke Jepang dan dikenal sebagai sansukumi-ken. Secara harfiah, "ken" artinya permainan tinju/kepalan tangan, "san" berarti tiga arah dan "sukumi" artinya menemui jalan buntu. Lengkapnya sansukumi-ken berarti "permainan tangan tiga arah yang menemui jalan buntu" atau kerap disingkat "jalan buntu tiga arah."
Di Jepang, permainan ini lebih populer dibandingkan di negeri asalnya. Ada banyak versi penggambaran gestur tangan. Pada periode Edo dan Meiji, permainan ini menjadi lebih modern dengan mengambil bentuk penggambaran yang mewakili tiga elemen: batu-gunting-kertas.
Pada tahun 1924, surat kabar The Times yang terbit di Inggris memuat cerita seseorang menyaksikan permainan batu-gunting-kertas di Jepang dan menyebutnya sebagai "zhot".
Seorang pembaca kemudian menulis surat pada The Times dan meluruskannya, bahwa yang dimaksud "zhot" itu adalah Jan-ken-pon, permainan yang sering dilihatnya dimainkan di seluruh Jepang. Sejak saat itu, Jan-ken-pon dengan cepat menjadi populer di kalangan publik Inggris.
Dari Inggris, Jan-ken-pon kemudian menyebar ke Paris pada 1927 melalui pemberitaan La Vieu a patronage, sebuah majalah anak-anak. Nama Prancisnya, "Chi-fou-mi", didasarkan pada kata-kata Jepang Kuno untuk "satu, dua, tiga".
Surat kabar New York Times di Amerika Serikat kemudian memberitakannya pada 1932 dan menjelaskan aturan permainan ini. Namun permainan ini baru populer setelah diulas secara mendalam di Compton's Pictured Encyclopedia edisi 1933.