"Danone Blogger Academy Batch 3 Bali?"
"Istimewa!"
Tak salah kiranya jika dengan serempak dan kompak 10 peserta Danone Blogger Academy Batch 3 memilih slogan "Istimewa!" saat MC Yosh Aditiya memandu acara. Selama 4 hari 3 malam menjalani akademi di Bali, suasana yang dibangun memang luar biasa. Sejak pertama kali disambut hingga dilepas pulang, kami diperlakukan manja bak seorang ratu dan raja.
Istimewanya Danone Blogger Academy 2019 sudah terlihat sejak pengumuman event ini ditayangkan Kompasiana. Hanya 10 blogger terpilih yang bisa mengikuti akademi, ditambah dua alumni DBA 1 dan 2 yang terpilih untuk menemani kami. Begitu pula dengan lokasi akademi yang tahun ini mengambil tempat di Bali.
Karena itu, ketika Kompasiana mengumumkan siapa saja blogger yang lolos dan berhak mengikuti DBA 3, ucapan selamat beruntun menyapa saya, begitu pula dengan 9 peserta yang lain. Ada rasa bangga karena kami dipilih dari sekitar 600 blogger seluruh Indonesia yang mendaftarkan diri. Namun, tak urung terselip juga perasaan grogi karena kami tahu ada beban tanggung jawab yang harus kami selesaikan usai mengikuti Akademi.
Banyak yang mengira Danone Blogger Academy hanya sekedar ajang bersenang-senang dan hadiah liburan, terutama ketika mereka tahu lokasi akademi tahun ini. Ah, seandainya saja mereka yang berpikir seperti ini bisa ikut dan merasakan sendiri betapa melelahkannya pembelajaran materi yang kami dapatkan.
Saat Kang Pepih Nugraha memeras otak kami dengan Data
Di hari pertama, kami langsung digeber dengan 2 materi beruntun. Usai sambutan resmi dari Bapak Arif Mujahidin selaku Direktur Komunikasi Danone Indonesia dan disambung dengan perkenalan para peserta, founder Kompasiana, Kang Pepih Nugraha langsung membuat pikiran kami bekerja keras menyerap materi "Telling Story with Data".
"Konten adalah Raja, tapi tanpa data konten yang kita buat seperti raja tak bermahkota". Seperti itulah pesan yang kami tangkap dari materi Kang Pepih. Mantan wartawan Kompasi ini menekankan pentingnya data saat menulis artikel atau membuat konten apapun.
Untunglah, sebelum kepala kami meledak saking panasnya menyerap materi yang diberikan Kang Pepih, kami diajak untuk menikmati sunset di pantai Kuta. Di pantai yang terletak tepat di seberang hotel Best Western Kuta Beach tempat kami menginap, Kadek Arini, travel blogger yang kali ini kebagian tugas memberi materi memberi arahan dan tips seputar fotografi. Sambil menikmati suasana sunset, kami mempraktekkan secara langsung materi fotografi. Hasilnya? Luar biasa istimewa. Seperti pada foto yang saya ambil berikut ini:
Usai senja menghilang, kami lalu kembali ke hotel. Bukan untuk beristirahat, melainkan mengevaluasi hasil pemotretan sekaligus belajar kembali cara mengedit foto lewat beberapa aplikasi di smartphone. Tak lupa, Kadek Arini juga membekali kami dengan tips memberi caption yang "engangement" di media sosial.
Setelah makan malam sembari menikmati hembusan angin pantai di rooftop, barulah kami bisa beristirahat. Penat yang sempat mendera tubuh dan pikiran berganti dengan rasa puas karena kami bisa menjalani hari pertama akademi dengan lancar.
Dari Biogas Kotoran Babi hingga Pertanian Sehat Ramah Lingkungan
Sang Surya di ufuk timur masih malu-malu menampakkan wajahnya. Namun dering wake up call membangunkan kami, mengingatkan bahwa di hari kedua DBA 3 ini kami bakal melakukan perjalanan jauh. Di hari Jumat penuh Berkah yang cerah, ada dua lokasi yang kami kunjungi sebagai bekal materi.
Pertama, kami diajak mengunjungi Desa Wisata Bongkasa Pertiwi. Desa ini merupakan desa binaan PT. Tirta Investama sebagai bagian dari program circular economy mereka. Di sini, kami diajak melihat proses pengolahan biogas dari kotoran babi yang menjadi sumber energi alternatif bagi warga desa.
Setelah itu, kami diajak bersepeda untuk melihat lahan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan (PSRL) sekaligus menikmati suasana desa. Artinya, seluruh proses pengolahan lahan tidak menggunakan bahan kimia, atau biasa disebut pertanian organik. Selain itu, kami juga diajak melihat sistem irigasi khas Bali yang disebut subak.
Usai berpeluh-peluh mengayuh sepeda keliling area persawahan, kami dijamu dengan hidangan kelapa muda yang menyegarkan. Kemudian kami menyaksikan bagaimana penduduk desa mengolah hasil pertanian mereka menjadi beberapa produk pangan seperti keripik jamur dan nugget jamur hingga teh beras merah.
Ada sedikit catatan dari saya terkait kunjungan ke Desa Bongkasa Pertiwi ini. Pertama, pada label produk pangan yang mereka hasilkan, tidak ada sertifikat PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan Dinas Kesehatan setempat.
Sertifikat PIRT ini penting dimiliki setiap industri rumah tangga karena menyangkut kepercayaan konsumen terhadap higienitas produk tersebut. Dengan memiliki sertifikat PIRT, berarti proses pengolahan pangan dari industri tersebut sudah dilakukan secara higienis.
Kedua, produk pertanian yang dihasilkan tidak memiliki sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang terakreditasi. Padahal sistem pertanian yang dijalankan adalah pertanian organik yang menghasilkan produk pertanian organik. Dua catatan ini saya harapkan bisa menjadi perhatian bagi pihak Danone selaku pembina dan Kelompok Tani Organik Mambal Lestari serta Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Mandala Sari.
Melihat Langsung Proses Produksi Air Mineral Aqua
Usai menikmati sajian di Desa Bongkasa Pertiwi, kami melanjutkan perjalanan menuju pabrik Aqua Plan Mambal. Memasuki waktu dhuhur, kami yang menunaikan ibadah sholat Jumat harus turun kembali ke kota Denpasar karena tidak ada masjid di sekitar lokasi pabrik. Sedangkan yang tidak sholat Jumat melanjutkan kunjungan untuk melihat proses pengolahan air minum dalam kemasan.
Di pabrik Aqua Mambal, kami ditunjukkan bagaimana air mineral Aqua diproduksi. PT. Tirta Investama benar-benar menjaga supaya produk air mineral mereka higienis. Selain proses produksi yang serba otomatis, kualitas air mineral juga terjaga karena setiap hari ada pengecekan laboratorium secara acak. Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan air mineral Aqua bebas dari segala macam kotoran maupun bakteri. Tak hanya kualitas produk saja yang diperhatikan PT. Tirta Investama, keselamatan pekerja juga sekecil apapun juga harus dijaga.
Saya mendapati beberapa karyawan yang bertugas di bagian mesin cup (kemasan gelas) memakai alat seperti headphone. Ketika saya tanyakan apakah mereka bekerja sambil mendengarkan musik, sambil tertawa karyawan yang menjadi pemandu kami menjelaskan bahwa itu adalah alat penutup telinga. Fungsinya supaya karyawan yang bertugas tidak terganggu pendengarannya mengingat suara mesin bisa mencapai 150 dB, di atas ambang batas pendengaran normal.
Setelah puas melihat sendiri bagaimana air mineral Aqua diproduksi, barulah kami melanjutkan pelajaran di ruang kelas. Bertempat di ruang rapat pabrik, secara beruntun kami menerima materi dari 3 dokter spesialis tentang hidrasi, 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) serta nutrisi dalam Isi Piringku.
Rasanya sudah penuh isi kepala kami dengan berbagi materi yang disajikan di hari kedua. Mungkin itu pula yang ada di benak panitia. Supaya pikiran dan badan kami tetap segar, usai dari Mambal kami lalu diajak candle light dinner sambil menikmati semilir angin pantai Jimbaran. Romantis bukan?
Membersihkan Pantai Pulau Impian
Lelah sekaligus kekenyangan, sehingga rasanya baru sebentar kami tertidur ketika wake up call kembali membangunkan kami di saat matahari belum unjuk gigi. Usai sarapan singkat, kami lantas berangkat menuju Dream Island, sebutan untuk sebuah kawasan di sekitar Pantai Mertasari, Sanur.
Pantai Mertasari masuk dalam kawasan Desa Intaran, Denpasar. Usai menjadi tuan rumah Asian Beach Game, pantai ini lalu disulap menjadi area wisata publik. Selain menikmati pantainya yang bersih, pengunjung juga bisa berolahraga di arena jogging track sepanjang bibir pantai dan hutan mangrove. Tak hanya itu, area Dream Island juga dilengkapi dengan beberapa spot foto yang instagrammable.
Di Pantai Mertasari, kami diajak bersih-bersih pantai sekaligus memilah sampah. Sampah non organik yang bisa didaur ulang dipisahkan untuk kemudian dibawa ke unit pengolahan sampah daur ulang binaan Danone Indonesia.
Perjalanan kemudian dilanjutkan untuk mengunjungi SMP Wisata (Widya Sastra Taruna) Sanur. Apa yang membuat SMP Wisata ini istimewa sehingga menjadi salah satu lokasi kunjungan peserta akademi?
Sebenarnya sama dengan SMP lain yang sekarang giat mengejar status Sekolah Adiwiyata, yakni sekolah berbasis pendidikan lingkungan hidup. Hanya saja di SMP Wisata Sanur ini para siswa diajari membuat prakarya dari sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Selain itu, disini juga ada Bank Sampah. Setiap siswa bisa menyetorkan sampah recycle di Bank Sampah, terus hasil penjualan sampah itu dikumpulkan sebagai uang kas kelas masing-masing.
Dari SMP Wisata Sanur, kami menyempatkan diri mengunjungi keluarga pemulung yang menerima bantuan pembiayaan BPJS Kesehatan Mandiri. Danone Indonesia bekerja sama dengan Dompet Sosial Madani membantu masyarakat tidak mampu yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) untuk tetap bisa ikut BPJS Kesehatan mandiri secara perorangan.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Recycle Business Unit milik Danone Indonesia area Bali yang dikelola Bali PET. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, disini kami melihat langsung bagaimana proses pemilahan botol plastik air mineral untuk kemudian diproses menjadi bahan baku botol plastik recycle produk Aqua Life.
Di sela-sela jamuan makan siang di UC Silver Restaurant, kami menerima pembekalan materi tentang ekosistem daur ulang dan kebijakan Danone dalam mengolah sampah botol plastik air mineral. Sebagai pelengkap materi, kami lalu mengunjungi Coco Mart yang menjadi mitra collect center botol plastik bekas.
Tari Kecak dan Makan Malam yang Tak Terlupakan
Semua rasa penat dan lelah usai setengah hari melakukan kunjungan dan menerima materi berganti menjadi antusias ketika kami diajak menonton pertunjukan Tari Kecak di Pura Luhur Uluwatu. Setelah puas dan terhibur, kami pun dijamu makan malam di tempat yang belum pernah kami bayangkan sebelumnya. Jendela Resto, sebuah restoran eksklusif yang terletak di kawasan Garuda Wisnu Kencana menjadi tempat persinggahan terakhir sebelum kami kembali ke hotel Best Western Kuta Beach.
Di pusat kegiatan DBA 3 ini, kami belum diijinkan beristirahat meski jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Masih ada satu tugas penting yang harus kami selesaikan. Mentor kami, bang Iskandar Zulkarnain disertai Asisten Mentor Yakob Arfin dan Nurhasanah membimbing kami untuk membuat outline tugas akhir.
Masing-masing peserta memilih satu subtema dari empat tema utama yakni: Hidrasi, 1000 Hari Pertama Kelahiran, Pangan dan Circular Economy. Keempat tema inilah yang menjadi tugas akhir setiap peserta. Outline tugas akhir ini juga harus kami presentasikan di hari terakhir akademi untuk mendapatkan ulasan dan saran dari mentor serta peserta lainnya.
Saking semangatnya mengerjakan outline, kami sampai lupa waktu. Jarum jam sudah berpindah ke angka satu dinihari, namun beberapa peserta masih terlihat serius mengerjakan outline mereka di restoran hotel. Sementara yang lain memilih untuk mengerjakan di kamar masing-masing.
Haru Biru Inaugurasi Danone Blogger Academy
Tak ada pertemuan tanpa perpisahan. Meskipun kami menampakkan wajah tersenyum, di hari terakhir akademi hati kami merasa kehilangan. Kebersamaan yang sudah terjalin selama menjalani akademi membuat kami seperti saudara sendiri.
Sekalipun diselimuti kesedihan karena membayangkan perpisahan, kami masih tetap bersemangat untuk mempresentasikan outline tugas akhir. Berbagai saran dan pendapat yang kami terima dari mentor, asisten mentor, dua alumni DBA 1 dan 2 serta peserta lainnya kami kumpulkan sebagai bahan penulisan.
Usai presentasi, tibalah puncak acara Danone Blogger Academy. Bertempat di Hitana Restaurant Bali Niksoma Boutique Beach Resort, kami pun dikukuhkan sebagai lulusan Danone Blogger Academy Batch 3.
Suasana penuh haru langsung menyergap seluruh peserta, tak terkecuali perwakilan dari Danone Indonesia, perwakilan Kompasiana, mentor hingga panitia lokal. Meskipun kami sudah dihibur habis-habisan dengan pertunjukan Tari Pendet yang dibawakan anak-anak sanggar tari setempat, sampai hiburan musik perkusi dari barang-barang bekas. Itu semua tak bisa menutupi kesedihan yang melanda hati.
Seolah baru saja kami berkumpul, untuk kemudian harus berpisah lagi. Semua aktivitas dan kebersamaan berlalu cepat, tapi meninggalkan kesan dan kenangan yang tidak akan terlupakan. Ratusan lembar halaman kosong mungkin masih kurang untuk bisa menceritakan secara lengkap rangkaian kegiatan yang kami jalani di Danone Blogger Academy. Sebuah akademi pembelajaran yang benar-benar luar biasa istimewa, dan manja.
Sendiri Aku bisa "Berkata", tapi bersama-sama Kita bisa "Berbicara". Sendiri Aku bisa "Menikmati", tapi bersama-sama Kita bisa "Merayakan". Sendiri Aku bisa "Tersenyum", tapi bersama-sama Kita bisa "Tertawa". Itulah indahnya sebuah Kebersamaan.
Terima kasih Danone Indonesia, terima kasih Kompasiana. Semoga apa yang kami dapatkan dari Danone Blogger Academy bisa kami manfaatkan untuk kebaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H