Untunglah, sebelum kepala kami meledak saking panasnya menyerap materi yang diberikan Kang Pepih, kami diajak untuk menikmati sunset di pantai Kuta. Di pantai yang terletak tepat di seberang hotel Best Western Kuta Beach tempat kami menginap, Kadek Arini, travel blogger yang kali ini kebagian tugas memberi materi memberi arahan dan tips seputar fotografi. Sambil menikmati suasana sunset, kami mempraktekkan secara langsung materi fotografi. Hasilnya? Luar biasa istimewa. Seperti pada foto yang saya ambil berikut ini:
Usai senja menghilang, kami lalu kembali ke hotel. Bukan untuk beristirahat, melainkan mengevaluasi hasil pemotretan sekaligus belajar kembali cara mengedit foto lewat beberapa aplikasi di smartphone. Tak lupa, Kadek Arini juga membekali kami dengan tips memberi caption yang "engangement" di media sosial.
Setelah makan malam sembari menikmati hembusan angin pantai di rooftop, barulah kami bisa beristirahat. Penat yang sempat mendera tubuh dan pikiran berganti dengan rasa puas karena kami bisa menjalani hari pertama akademi dengan lancar.
Dari Biogas Kotoran Babi hingga Pertanian Sehat Ramah Lingkungan
Sang Surya di ufuk timur masih malu-malu menampakkan wajahnya. Namun dering wake up call membangunkan kami, mengingatkan bahwa di hari kedua DBA 3 ini kami bakal melakukan perjalanan jauh. Di hari Jumat penuh Berkah yang cerah, ada dua lokasi yang kami kunjungi sebagai bekal materi.
Pertama, kami diajak mengunjungi Desa Wisata Bongkasa Pertiwi. Desa ini merupakan desa binaan PT. Tirta Investama sebagai bagian dari program circular economy mereka. Di sini, kami diajak melihat proses pengolahan biogas dari kotoran babi yang menjadi sumber energi alternatif bagi warga desa.
Setelah itu, kami diajak bersepeda untuk melihat lahan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan (PSRL) sekaligus menikmati suasana desa. Artinya, seluruh proses pengolahan lahan tidak menggunakan bahan kimia, atau biasa disebut pertanian organik. Selain itu, kami juga diajak melihat sistem irigasi khas Bali yang disebut subak.
Usai berpeluh-peluh mengayuh sepeda keliling area persawahan, kami dijamu dengan hidangan kelapa muda yang menyegarkan. Kemudian kami menyaksikan bagaimana penduduk desa mengolah hasil pertanian mereka menjadi beberapa produk pangan seperti keripik jamur dan nugget jamur hingga teh beras merah.
Ada sedikit catatan dari saya terkait kunjungan ke Desa Bongkasa Pertiwi ini. Pertama, pada label produk pangan yang mereka hasilkan, tidak ada sertifikat PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan Dinas Kesehatan setempat.
Sertifikat PIRT ini penting dimiliki setiap industri rumah tangga karena menyangkut kepercayaan konsumen terhadap higienitas produk tersebut. Dengan memiliki sertifikat PIRT, berarti proses pengolahan pangan dari industri tersebut sudah dilakukan secara higienis.