Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Usul: Berikan Diskon untuk Pembeli yang Tidak Menggunakan Kantong Plastik

25 Juli 2019   22:19 Diperbarui: 26 Juli 2019   15:59 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh cocoparisienne dari Pixabay

Ini mengingat kantong kresek tidak bisa didaur ulang dan butuh waktu lama sebelum benar-benar terurai. Sementara itu, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut sampah plastik kian menumpuk setiap tahun.

Dari data tersebut, ia mengatakan sampah plastik terus meningkat dari 13 persen dari total sampah di 2013 menjadi 16 persen di 2016. Sebesar 62 persen dari seluruh sampah plastik tersebut merupakan kantong kresek.

"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka kantong plastik perlu dikendalikan. Untuk itu, kami usulkan tarif cukai Rp200 per lembar," jelas Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (2/7).

Efektifkah kebijakan tarif cukai plastik dari pemerintah ini?

Jika merujuk penuturan pihak Superindo bahwa penggunaan kantong plastik turun pasca dikenakan biaya pembelian, pemberlakuan tarif cukai tentu akan berhasil pula. Masalahnya, akankah aturan ini memiliki efek terhadap masyarakat kelas menengah ke bawah? Akankah aturan ini memiliki dampak terhadap penggunaan kantong plastik pada toko-toko ritel tradisional?

Garis akhir dari kebijakan ini terletak pada kasir toko ritel. Merekalah ujung tombak dari kebijakan Kantong Plastik Tidak Gratis dan pengenaan tarif cukai dari pemerintah ini.

Berdasarkan pengalaman saya, ada tiga skenario yang bisa terjadi di setiap kasir toko ritel: 

  1. Pembeli membayar kantong plastik. 
  2. Pembeli mengeluh karena harus membayar kantong plastik. 
  3. Pembeli menolak untuk membayar kantong plastik.

Dari tiga skenario tersebut, manakah yang paling banyak terjadi?

Berdasarkan pengalaman saya lagi, ternyata skenario pertama dan kedua yang sering terjadi. Banyak pembeli yang tidak keberatan untuk membayar kantong plastik, meski sebagian besar dari mereka mengeluh terlebih dahulu dan bertanya pada kasir,

"Masak harus bayar sih Mbak? Ya sudah lah..."

Sementara skenario ketiga jarang sekali terjadi. Kalaupun ada pembeli yang menolak untuk membayar kantong plastik, kemungkinannya cuma dua: pelit, atau memang sadar dan peduli lingkungan dengan membawa tas belanja sendiri.

Mengapa banyak masyarakat yang masih "sukarela" membeli kantong plastik? Mengapa banyak pembeli yang tidak keberatan untuk membayar kantong plastik?

Menurut saya ada dua faktor. Pertama, karena sepertinya tidak ada ketulusan dari industri ritel. Kebijakan KPTG yang mereka lakukan tak ubahnya sekedar langkah kecil untuk membuat publik tahu bahwa mereka "peduli", bukan upaya tulus dan serius untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun