Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Fakta dan Mitos di Balik Popularitas Aplikasi FaceApp

19 Juli 2019   10:00 Diperbarui: 19 Juli 2019   15:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang minta papa online ikutan pakai aplikasi Faceapp.. ini dia hasilnya!

Foto 1: Umur 21 tahun baru lulus kuliah. Lagi mau cari kerja yang sesuai di Rumah Siap Kerja.

Foto 2: Umur 70 tahun. Masih dengan hobbynya membaca buku.

Foto 3: Umur 85 tahun. Masih dengan semangat OK OCE, menciptakan banyak lapangan kerja.

Sebagai tokoh publik, postingan Sandiaga Uno di laman Facebooknya itu tentu saja menuai beragam komentar. Dari ribuan komentar yang disampaikan follower-nya itu, tak sedikit yang mengingatkan Sandi perihal keamanan data pribadi yang bisa ditambang aplikasi FaceApp.

Aplikasi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menerapkan filter dan efek realistis pada foto penggunanya ini mendadak viral, untuk kedua kalinya setelah debut pertamanya pada 2017. 

Popularitas FaceApp kali ini lebih banyak dibantu oleh aksi selfie dari para selebritis dan tokoh publik yang membanjiri linimasa media sosial dengan foto hasil suntingan FaceApp. Mulai dari perubahan wajah menurut usia hingga wajah mereka yang berubah gendernya.

Segera saja, begitu aplikasi penyuntingan wajah pengguna menjadi viral, banyak pertanyaan dan kekhawatiran yang muncul terkait keamanan data penggunanya. Banyak pihak yang khawatir aplikasi ini dipopulerkan untuk menambang data wajah dari foto yang diunggah pengguna.

Tak kurang Senator dari Partai Demokrat AS, Chuck Schumer menulis surat yang mendesak FBI dan Komisi Perdagangan Federal untuk menyelidiki aplikasi tersebut, yang katanya "dapat menimbulkan risiko keamanan nasional,". 

Chuck mengingatkan FBI dan warga Amerika bahwa aplikasi tersebut berkantor pusat di Rusia, dan tidak ada keterangan jelas bagaimana keamanan data penggunanya (khususnya warga Amerika), apakah sedang dibagikan dengan pihak ketiga atau pemerintah asing.

Ingat, Semua Aplikasi Menambang Data Penggunanya.

Setiap kali kita berbagi data pribadi atau foto dengan suatu aplikasi, selalu ada pertanyaan tentang seberapa besar privasi yang harus kita korbankan. Setiap kali kita mengunduh, memasang dan menggunakan aplikasi, mereka selalu meminta ijin untuk mengakses data pribadi penggunanya. 

Setiap aplikasi selalu meminta penggunanya untuk berbagi informasi dengan pihak ketiga sebagai imbalan atas layanan atau fitur mereka yang menarik. Fakta ini tak hanya berlaku bagi FaceApp saja, tapi untuk semua aplikasi yang pernah kita gunakan.

Bahkan sebagian besar aplikasi mainstream secara rutin mengumpulkan data pengguna. Facebook, Instagram, Twitter, bahkan Google punya perpustakaan lengkap tentang data pribadi setiap pengguna. Mulai dari informasi yang paling sensitif hingga galeri foto pengguna.

Yang dipermasalahkan adalah, apakah aplikasi itu membagikan data kita pada pihak ketiga tanpa ijin? Apakah data pribadi pengguna itu terjamin keamanannya dan tidak akan disalahgunakan?

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Facebook sangat terpukul dengan skandal Cambridge Analytica. Google juga pernah kelimpungan karena data pengguna Google Plus bocor, hingga hal ini mereka jadikan salah satu kambing hitam untuk mengubur layanan media sosial ini.

Beberapa waktu lalu media sosial ramai dengan tren "10 Years Challenge". Jutaan pengguna media sosial menjawab tantangan ini dengan mengunggah foto pribadi mereka, dari 10 tahun yang lalu hingga yang terbaru.

Banyak yang mengatakan event 10 Years Challenge itu hanya strategi pihak tertentu untuk menambang data wajah pengguna. Foto yang diunggah pengguna media sosial itu konon bisa digunakan sebagai data teknologi pengenalan wajah (Face Recognition) yang saat ini banyak dikembangkan perusahaan raksasa teknologi.

Intinya, semua aplikasi bisa menambang data pribadi kita. Bahkan tanpa disadari, kita sendiri yang sering memberi ijin mereka untuk menambang data pribadi kita. Pengguna Facebook sendiri sering mengunggah hasil kuis kepribadian dan layanan serupa. 

Padahal, kuis-kuis semacam ini mengumpulkan informasi penggunanya sebagai ladang bisnis. Penambangan data pribadi ini tentu saja membuka peluang bagi orang lain untuk melanggar perjanjian keamanan data seperti yang dialami Facebook dalam skandal Cambridge Analytica.

Bagaimana dengan FaceApp? Benarkah aplikasi ini menambang data pengguna dengan menyimpan foto wajah dan memberikannya pada pihak ketiga?

Cara FaceApp "Menambang Data Foto" Penggunanya.

Tidak persis seperti itu.

Menurut analisis peneliti keamanan dan CEO Guardian Firewall, Will Strafach, aplikasi FaceApp mengambil foto hanya jika penggunanya secara khusus memilih foto pribadi tertentu untuk melihat perubahan wajah Anda.

Kekhawatiran tentang penambangan data foto pengguna berawal dari kebingungan terhadap fitur iPhone yang menunjukkan galeri foto pengguna dalam aplikasi. Ini adalah fitur Apple yang memungkinkan pengguna memilih foto tertentu untuk difilter dan diedit oleh aplikasi, tetapi tidak memberikan akses penuh ke galeri.

Pengguna FaceApp di iPhone memiliki opsi untuk memberikan akses ke seluruh koleksi galeri foto mereka.  Sedangkan khusus di platform Android, FaceApp tidak mengetuk pustaka foto penggunanya dengan cara yang sama. Meskipun begitu, menurut Will Stafach tidak ada bukti bahwa FaceApp mengunggah apa pun selain foto yang dipilih penggunanya.

Namun, bukan berarti FaceApp bersih dan bebas dari masalah. Salah satu hal yang dipermasalahkan pakar adalah ketidakjujuran FaceApp bahwa foto pengguna ternyata diunggah ke penyimpanan awan (Cloud Server) sebelum diproses editingnya.

Wireless Lab mengatakan kepada situs berita teknologi TechCrunch bahwa FaceApp mungkin menyimpan foto pengguna di cloud, tetapi "sebagian besar" dihapus setelah 48 jam. Wireless Lab juga mengatakan tidak ada data pengguna yang ditransfer ke Rusia.

Tetap saja, menaruh data pengguna di Cloud Server membuat mereka rentan untuk terpapar peretasan dan masalah lainnya. Sementara beberapa aplikasi lain justru mencoba membatasi masalah seperti ini dengan langsung melakukan pemrosesan pada perangkat itu sendiri, bukan di cloud.

Kebijakan privasi FaceApp juga mengatakan mereka menggunakan data dari aplikasi untuk menayangkan iklan bertarget dan untuk mengembangkan produk dan fitur baru. 

FaceApp secara eksplisit mengatakan tidak menjual data ke aplikasi pihak ketiga, tetapi mereka mencantumkan banyak pengecualian termasuk hal yang memungkinkan FaceApp untuk berbagi data setelah menghapus informasi yang mengidentifikasi penggunanya.

Bukan cuma FaceApp yang tidak berlaku jujur dalam menyatakan kebijakan privasi mereka sejak awal. Banyak aplikasi lain melakukan hal yang sama. Mereka hanya memberi informasi yang samar tentang bagaimana aplikasi tersebut memperlakukan data penggunanya.

Tapi, mengapa FaceApp yang dipermasalahkan? Mengapa Senat Amerika sampai meminta FBI dan otoritas lainnya untuk menyelidiki FaceApp?

Russian Connection, kambing hitam bagi FaceApp.

Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah itu semua tak lepas dari identitas Rusia dari pencipta dan pengembang FaceApp. Yaroslav Goncharov, pencipta aplikasi FaceApp adalah orang Rusia. Kantor pusat FaceApp juga berada di St. Petersburg, Rusia. Sekalipun FaceApp sudah mendirikan kantor cabang di Delaware, AS.

Profil LinkedIn Goncharov mencantumkannya sebagai CEO FaceApp sejak 2014. Tetapi aplikasi tersebut tidak diluncurkan hingga 2017, ketika aplikasi itu dengan cepat menjadi populer karena filternya yang dapat mengubah subjek usia atau jenis kelamin foto.

Goncharov sendiri memiliki sejarah panjang pekerjaan di beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk perusahaan pencarian internet Rusia Yandex, di mana ia adalah kepala departemen platform mobile perusahaan mulai 2011 hingga 2013.

Fakta tersebut setidaknya sudah cukup dijadikan alasan untuk meng-kambinghitamkan FaceApp atas dugaan penambangan data dan penyalahgunaan data pribadi penggunanya. Sepertinya ada paranoia tersendiri bagi publik Amerika bahwa jika aplikasi itu datang dari negara seteru berat, data pribadi mereka rentan disalahgunakan.

Apalagi ditambah rumor bahwa FaceApp telah memindahkan kantornya ke Skolkovo Innovation Center, pusat teknologi di sebelah barat Moskow yang kemudian dikenal sebagai Silicon Valley-nya Rusia. Sekalipun isu ini sudah dibantah oleh Goncharov yang menyatakan pihaknya tidak menerima bantuan apapun dari Skolkovo dan "...belum menerima dana apapun yang terkait dengan pemerintah mana pun. "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun