Meninggalnya Kepala Pusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho setelah berjuang melawan kanker paru-paru menyisakan wacana baru yang sangat mendesak untuk segera direalisasikan pemerintah. Sutopo, yang menurut pengakuannya tidak pernah merokok, Â menderita kanker paru-paru akibat paparan asap rokok dari para perokok aktif di lingkungan kerjanya.
Kasus kanker paru-paru yang diderita perokok pasif seperti Sutopo ini seolah membuka mata otoritas terkait bahwa ada ancaman nyata yang perlu diantisipasi dengan segera. Dalam siaran persnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah untuk membuat peta kanker Indonesia.
"Peta kanker tersebut sangat penting, sebagai basis dasar pembuatan peta jalan penanggulangan kanker di Indonesia. Sehingga penyakit kanker tidak kian mewabah," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Â melalui keterangan tertulis kepada media massa, Senin (8/7).
Menurut Tulus, Indonesia saat merupakan salah satu negara darurat kanker. Mengingat, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi kanker malah meningkat menjadi 1,8 persen.
"Padahal pada Riskesdas 2013, prevalensi kanker di Indonesia hanya 1,4 persen. Salah satu pemicu dan pencetus tingginya prevalensi kanker adalah asap rokok," pungkasnya.
Indonesia darurat perokok aktif.
Memang, hingga saat ini kanker paru-paru tetap menjadi jenis kanker yang paling umum - dan paling mematikan - di dunia, dengan perkiraan 1,8 juta kasus baru dan 1,59 juta kematian pada tahun 2012. Sejauh ini, merokok menjadi penyebab utama dari kanker paru-paru.
Indonesia sendiri termasuk dalam kategori negara yang memiliki tingkat kematian akibat kanker paru-paru cukup tinggi. Menurut laporan GLOBOCAN 2012 dikutip dari situs The Globe and Mail, tingkat kematian akibat kanker paru-paru di Indonesia berada di kisaran angka 14-22 orang per 100.000 penduduk. Sedangkan laporan GLOBOCAN pada 2008 menyebut tingkat kematian penduduk Indonesia akibat kanker paru-paru adalah 18,3 dari 100.000 penduduk.
Tingginya angka kematian akibat kanker paru-paru tak lepas dari tingginya angka perokok aktif. Hal ini otomatis juga mempengaruhi tingginya orang yang terkena paparan asap rokok, atau perokok pasif.
Menurut laporan Global Cancer Map, diperkirakan dua pertiga penduduk pria Indonesia merokok. Sementara menurut hasil survei Riskesdas 2013 dikutip dari rilis pers YLKI mengungkapkan jumlah perokok pasif mencapai lebih dari 90 juta orang. Tragisnya, 12 juta lebih dari perokok pasif adalah anak usia 0-4 tahun atau balita.