Usai penetapan hasil pilpres 2019 oleh KPU yang kemudian dilegitimasi oleh putusan Mahkamah Konstitusi, nama Sandiaga Uno santer disebut sebagai salah satu kandidat menteri dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
Masuknya Sandi dalam kabinet pemerintahan dianggap bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, terutama dari pendukung pasangan Prabowo-Sandi. Lebih dari itu, keterlibatan Sandi dalam pemerintahan bisa memperkuat pemerintah dan memperlancar upaya rekonsiliasi nasional yang hingga saat ini masih belum menemui titik terangnya.
Sosok Sandi juga dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menempati posisi penting dalam kabinet pemerintahan. Dengan pengalamannya dalam bidang bisnis serta kecerdasan politik yang dimilikinya, Sandi dianggap pantas untuk mendapat jabatan setingkat menteri.
Namun, belum lagi tawaran itu disodorkan secara resmi, Sandi sudah menutup diri untuk masuk kabinet. Melalui akun twitternya @sandiuno pada 3 Juli 2019 lalu, Sandi memberi pernyataan yang secara tersirat sudah menutup pintu masuk ke dalam struktur pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
"Saya yakin menjadi oposisi yang loyal, yang kritis, konstruktif dan terus mengoreksi langkah-langkah pemerintah tanpa ada kepentingan apapun akan lebih terhormat dan berwibawa di mata masyarakat."
Lebih lanjut, Sandi menegaskan dirinya akan fokus pada program Rumah Siap Kerja yang telah digagasnya sejak masa kampanye lalu. Sandi menargetkan 61% dari total pengangguran usia muda yang ada bisa dientaskan melalui program Rumah Siap Kerja tersebut.
Komitmen Sandi untuk menjadi oposisi ini sebelumnya juga ditegaskan oleh anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra, Andre Rosiade. Menurut Andre, kemungkinan besar Sandi akan balik ke kepengurusan partai yang didirikan Prabowo Subianto ini.
"Saya berpegang dalam pertemuan saya pribadi dengan Sandi, yang selalu menyatakan akan tetap bersama-sama Prabowo, dan akan mengikuti langkah Prabowo," kata Andre di komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (3/7).
Sandiaga Uno boleh dibilang anak ideologis Prabowo. Sebagaimana Jokowi, Basuki Tjahaya Purnama atau Anies Baswedan saat berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta, karir politik Sandi juga banyak terbantu oleh tangan dingin Prabowo.
Menilik kepribadiannya, Sandi juga bukan tergolong politikus yang oportunis atau bertipe kutu loncat. Bagi sebagian orang, loyalitas Sandi kepada Prabowo mungkin sering dianggap sebagai akibat dari hutang politik. Tapi tidak demikian bagi Sandi. Faktanya, ada beberapa orang yang sukses meniti karir politik berkat bantuan Prabowo, tapi pada akhirnya malah melupakan "hutang politik" tersebut.
Jika bukan pengagum dan loyalis Prabowo, Sandi sudah pasti punya jabatan empuk di pemerintahan, atau posisi penting di partai-partai politik lainnya. Sandi punya akses untuk masuk Golkar misalnya, melalui jalur HIPMI di mana dia menjadi salah satu tokoh kunci dari organisasi pengusaha muda Indonesia ini.
Tapi Sandi tidak tergiur dengan berbagai tawaran dan kemudahan yang bisa ia peroleh. Dari sejak awal dia dibesarkan dalam dunia politik oleh Prabowo, Sandi memilih bersikap setia.
Kesetiaan dan loyalitas itu mencapai puncaknya pasca kekalahan dirinya bersama Prabowo dalam kontestasi pilpres. Dalam situasi di mana Sandi bisa melepaskan diri dan merengkuh ambisi kekuasaan dengan jalan masuk ke struktur pemerintahan, Sandi memilih untuk menutup diri dan berdiri di luar.
Sebagaimana yang ditegaskannya, Sandi lebih memilih untuk terus berjuang bersama Prabowo, berada dalam barisan oposisi yang loyal, kritis, dan konstruktif untuk terus mengoreksi pemerintah tanpa ada kepentingan apapun kecuali demi kemajuan bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H