"Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, 'A'udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)', maka redamlah marahnya." (HR. As-Sahmi).
 - Diam, dan tidak menimpali perkataan orang lain yang menimbulkan rasa marah.
Wujud dari rasa marah itu keluar dalam bentuk ucapan atau perbuatan. Bila seseorang marah, keluarlah ucapan kotor, makian, ujaran kebencian dan perkataan lain yang tidak diridhai Allah. Bahkan tak jarang pula pada orang yang marah tersebut keluar ucapan yang mengarah pada kekufuran. Kalau seseorang memaksa dirinya untuk diam ketika akan marah, hal-hal yang rusak tadi tidak akan terjadi.
 "Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad).
- Berwudhu
Yang bisa memadamkan api adalah air. Begitu pula yang bisa memadamkan bara api kemarahan yang dilempar setan pada kita, tak lain adalah air wudhu sebagai bentuk penyucian hati dan jiwa.
"Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu." (HR. Abu Daud, no. 4784).
- Berganti posisi
Rasa marah yang timbul menyebabkan aliran darah dalam tubuh mengalir kencang dan cepat. Jika kita perhatikan bagaimana rupa orang marah, akan terlihat matanya memerah dan urat-uratnya menegang. Sungguh tepat apabila Nabi SAW menasehatkan kita untuk berganti posisi jika rasa marah mulai timbul.
"Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah." (HR. Abu Daud, no. 4782).Â
Dengan berganti atau berpindah posisi, kita bisa mengendorkan urat-urat yang tadinya menegang sehingga aliran darah dalam tubuh kembali mengalir normal dan rasa marah pun perlahan akan mereda.