Lailatul Qadr adalah Tamu Agung yang sangat dinanti kehadirannya oleh segenap umat muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Menurut beberapa hadist Nabi SAW, kehadiran Lailatul Qadr diharapkan datang pada 10 malam terakhir Ramadan.
Makna Lailatul Qadr
Qadr, dalam bahasa Arab dan Al Quran memiliki beberapa makna. Dalam Al Quran, Qadr dimaknai "Kemuliaan". Lailatul Qadr, atau malam penuh kemuliaan, antara lain karena di bulan Ramadan Allah menurunkan Al Quran. Dalam surah Al Qadr, Allah dengan gamblang menjelaskan nilai kemuliaan Lailatul Qadr, yakni setara dengan 1000 bulan.
Qadr juga berarti "pengaturan". Di malam itu turun para malaikat (termasuk malaikat Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan (QS. Al Qadr: 4). Qadr juga dimaknai sebagai "ketetapan", karena pada malam tersebut Allah menetapkan perjalanan hidup makhlukNya (manusia).
Betapapun arti dan makna Lailatul Qadr, yang jelas Rasulullah menganjurkan kita untuk berusaha menantikan kehadirannya dan "menemuinya". Bukan dengan menunggunya semalam suntuk hingga tidak tidur. Â Melainkan dengan mengisi malam-malam yang diisyaratkan sebagai pertanda Lailatul Qadr ini dengan beribadah, mendekatkan diri pada Allah SWT sambil menyadari dosa dan kelemahan kita.
Dalam pelaksanaannya, ibadah dan perenungan serta pertobatan kita di malam-malam Qadr ini haruslah dilakukan dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan kesinambungan. Dengan demikian, nantinya akan membekas dalam jiwa kita dan menimbulkan kedamaian, ketenteraman dan akhirnya bisa mengubah pola hidup dan sikap kejiwaan kita selepas Ramadan.
Do'a Saat Lailatul Qadr
Untuk menyambut dan menemui Lailatul Qadr ini, Rasulullah mengajarkan kita sebuah do'a khusus. Do'a yang jika kita serap maknanya mampu mengetarkan jiwa. Diriwayatkan dari Aisyah r.a, beliau bertanya pada Nabi SAW,
"Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah: Allahhumma Innaka 'Afuwwun (Ya Allah aku mohon maafkan (dosa-dosaku)". (HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dan Al Baihaqi dengan sanad sahih).
Al 'Afuwwu adalah salah satu nama Allah yang indah (Asmaul Husna). Secara literal, Al 'Afuwwu memiliki makna Maha Pemaaf. Maknanya yang demikian berdekatan dengan makna dari nama indah Allah yang lain, yakni Al Ghaffar dan Al Ghafur.
Makna do'a Lailatul Qadr
Menurut Imam Ghazali dalam kitab al-Maqshad al-Asna fi Syarhi Asma' Allah al-Husna, Allah disebut Al Ghaffar karena Dia sering mengampuni kesalahan kita setiap kali kita melakukan kesalahan. Sifat ini menekankan pada kuantitas pengampunan.
Allah disebut Al Ghafur karena ia dapat memberikan pengampunan dengan pengampunan yang sempurna, sampai pada batas pengampunan yang paling tinggi. Sifat ini menekankan pada kualitas pengampunan. Dengan begitu, sifat Allah Al Ghafur lebih tinggi dari sifat Al Ghaffar.
Sedangkan Al 'Afuwwu, yang juga memiliki makna yang hampir sama (Pemaaf) memiliki derajat lebih tinggi dari Al Ghaffar dan Al Ghafur. Menurut Imam Ghozali, Â pengampunan (Al Ghaffar dan Al Ghafur) hanya sebatas 'menutupi' kesalahan kita, sehingga kesalahan itu tidak menimbulkan efek negatif terhadap diri kita. Namun, pada hakikatnya, kesalahan itu tetap ada. Allah memang mengampuni dosa kita, tapi Allah belum meridhai perbuatan dosa yang sudah kita lakukan tersebut.
Sementara Al 'Afuwwu, ditinjau dari akar katanya secara bahasa memiliki dua makna. Pertama, memberi dengan penuh kerelaan sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan . Kedua, Al 'Afuwwu bermakna al mahwu wa izalat al atsari (menghapus dan menghilangkan bekas).
Nama Allah "Al 'Afuwwu"Â ini disebutkan 5 kali dalam Al-Qur'an. Jika kita sedang membaca Alquran dan mendapati kata al 'Afuwwu, kata ini selalu beriringan dengan menyebutkan dosa-dosa besar.
Karena itu, dari arti secara bahasa dan makna serta penempatan katanya dalam ayat-ayat Al Quran, terdapat 3 kandungan makna di dalam nama Allah "al 'Afuww' ini:Â
Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka, Allah SWT itu Al 'Afuwwu, menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut, lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Allah memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya.
Jadi, ketika di malam Qadr ini kita memohon permaafan dari Allah, dan kemudian Allah memaafkan kita, maka kesalahan dan dosa kita itu terhapus dari buku catatan perbuatan kita. Bahkan malaikat yang mencatat pun tidak mengetahuinya.
Mengingat makna Al 'Afuwwu yang demikian istimewa ini, sungguh tepat kiranya Rasullullah mengajarkan pada kita untuk banyak berdoa dengan doa khusus memohon permaafan atas seluruh dosa kita.Â
Karena sifat maaf Allah adalah maaf yang lengkap dan lebih luas dari dosa-dosa yang dilakukan hamba-Nya. Apalagi kalau kita datang dengan istighfar, taubat, iman, dan amal-amal shalih selama bulan puasa ini yang menjadi sarana bagi kita untuk mendapatkan maaf Allah.
Karena itu, jangan sia-siakan sisa waktu di bulan Ramadan ini dengan kegiatan yang tidak bermakna. Perbanyaklah istighfar, ibadah dan amal perbuatan serta kebajikan lain untuk menyambut tamu agung, Lailatul Qadr. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menerima taubat para hamba dan memaafkan kesalahan mereka dengan sempurna kecuali Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H