Sedangkan Al 'Afuwwu, yang juga memiliki makna yang hampir sama (Pemaaf) memiliki derajat lebih tinggi dari Al Ghaffar dan Al Ghafur. Menurut Imam Ghozali, Â pengampunan (Al Ghaffar dan Al Ghafur) hanya sebatas 'menutupi' kesalahan kita, sehingga kesalahan itu tidak menimbulkan efek negatif terhadap diri kita. Namun, pada hakikatnya, kesalahan itu tetap ada. Allah memang mengampuni dosa kita, tapi Allah belum meridhai perbuatan dosa yang sudah kita lakukan tersebut.
Sementara Al 'Afuwwu, ditinjau dari akar katanya secara bahasa memiliki dua makna. Pertama, memberi dengan penuh kerelaan sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan . Kedua, Al 'Afuwwu bermakna al mahwu wa izalat al atsari (menghapus dan menghilangkan bekas).
Nama Allah "Al 'Afuwwu"Â ini disebutkan 5 kali dalam Al-Qur'an. Jika kita sedang membaca Alquran dan mendapati kata al 'Afuwwu, kata ini selalu beriringan dengan menyebutkan dosa-dosa besar.
Karena itu, dari arti secara bahasa dan makna serta penempatan katanya dalam ayat-ayat Al Quran, terdapat 3 kandungan makna di dalam nama Allah "al 'Afuww' ini:Â
Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka, Allah SWT itu Al 'Afuwwu, menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut, lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Allah memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya.
Jadi, ketika di malam Qadr ini kita memohon permaafan dari Allah, dan kemudian Allah memaafkan kita, maka kesalahan dan dosa kita itu terhapus dari buku catatan perbuatan kita. Bahkan malaikat yang mencatat pun tidak mengetahuinya.
Mengingat makna Al 'Afuwwu yang demikian istimewa ini, sungguh tepat kiranya Rasullullah mengajarkan pada kita untuk banyak berdoa dengan doa khusus memohon permaafan atas seluruh dosa kita.Â
Karena sifat maaf Allah adalah maaf yang lengkap dan lebih luas dari dosa-dosa yang dilakukan hamba-Nya. Apalagi kalau kita datang dengan istighfar, taubat, iman, dan amal-amal shalih selama bulan puasa ini yang menjadi sarana bagi kita untuk mendapatkan maaf Allah.
Karena itu, jangan sia-siakan sisa waktu di bulan Ramadan ini dengan kegiatan yang tidak bermakna. Perbanyaklah istighfar, ibadah dan amal perbuatan serta kebajikan lain untuk menyambut tamu agung, Lailatul Qadr. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menerima taubat para hamba dan memaafkan kesalahan mereka dengan sempurna kecuali Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H