Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Shazam! Akhirnya Ada Film Superhero DC yang Meriah

4 April 2019   18:56 Diperbarui: 4 April 2019   20:14 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit foto: Warner Bros Pictures, sumber foto: IMDb.com

Stereotype penonton terhadap film superhero DC Comics itu: gelap, suram dan serius. Nyaris tanpa rasa humor. Kalaupun ada, humornya juga humor yang tidak mudah dibaca dan dimengerti orang awam.

Stereotype yang dibangun sejak Christopher Nolan menukangi trilogi Batman dan kemudian dipertegas oleh Zack Snyder lewat trilogi Man of Steel, Batman vs Superman dan Justice League. Oh ya, jangan lupakan juga film kumpulan villains yang dijadikan superhero, Suicide Squad.

Harapan untuk bisa melihat film superhero DC yang penuh warna hampir didapatkan pada Aquaman. James Wan memang bisa membuat film tersebut tampil mempesona. Penggambaran dunia bawah laut yang warna-warni, plot yang lumayan ringan, tapi tidak meninggalkan ciri khas DC: masih tetap terkesan serius.

Ketika DC mengonfirmasi Shazam!, penggemar DC sudah menanti dengan harap-harap cemas. Trailernya terlihat menjanjikan. Meriah, penuh warna dengan sisipan humor yang mudah dimengerti.

DC seolah ingin mengejar ketertinggalan mereka dengan pesaing abadinya, Marvel Comics dalam membuat film superhero yang bisa diterima semua kelas penonton. Dan hal itu akhirnya dibuktikan oleh penulis Henry Gayden dan sutradara David F. Sandberg yang membalikkan semesta superhero DC. Dari kesan suram menjadi penuh gelak tawa.

Kerjasama keduanya memang patut dihargai. Tapi kekuatan Shazam! dalam membalikkan stereotype film superhero DC sebenarnya ada pada ceritanya sendiri. Shazam! Didasarkan pada fantasi masa kecil. Dengan dasar itu, Gayden dan Sandberg tidak kesulitan untuk menerjemahkannya dalam cerita film yang jauh dari kesan gelap, suram dan serius.

Shazam = Captain Marvel versi DC

Shazam pertama kali muncul dalam edisi kedua Whiz Comics pada Februari 1940, yang dibuat oleh seniman komik C.C. Beck dan penulis Bill Parker. Dalam komiknya aslinya, seorang penyihir memberi Batson kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi pahlawan super bernama Captain Marvel hanya dengan mengucapkan kata "Shazam," yang merupakan singkatan dari "Solomon, Hercules, Atlas, Zeus dan Mercury." Nama-nama dalam mitologi Yunani ini melambangkan kekuatan super yang ada pada superhero tersebut.

karakter Captain Marvel versi DC (sumber: dc.fandom.com)
karakter Captain Marvel versi DC (sumber: dc.fandom.com)

Captain Marvel versi DC ini sempat mati suri pada dekade 1950-an seiring dengan perebutan hak cipta oleh perusahaan yang sekarang kita kenal sebagai DC Comics. Setelah semua permasalahan hukum selesai, Captain Marvel berkumpul dalam semesta superhero DC Comics dengan nama baru Shazam. Hal ini dilakukan DC untuk menghindari kebingungan pembaca karena pada saat itu ada Captain Marvel lain yang baru saja merilis debutnya.

Kisah Superhero Tanpa Nama

Shazam sebenarnya mantra sihir, bukan nama dari pahlawan supernya. Dalam film Gayden dan Sandberg, superhero alter ego Billy ini tetap tanpa nama, bahkan sampai akhir cerita.

Shazam menceritakan Billy Batson (diperankan Asher Angel), anak remaja dengan kepribadian yang sulit. Dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya melarikan diri dari satu orangtua asuh ke orang tua asuh lain untuk mencari ibu yang belum dia lihat lagi sejak meninggalkan dirinya di sebuah karnaval pada usia tiga tahun.

Billy akhirnya diterima di sebuah rumah asuh di Philadelphia, dimana dia bertemu dengan kawan-kawan barunya, seperti Freddy Freeman (Jack Dylan Grazer) yang cacat dan akhirnya menjadi sahabat kentalnya, Mary (Grace Fulton) yang pintar dan berprestasi, hingga Darla (Faithe Herman) yang gila pelukan kasih sayang.

Toh itu tetap tidak memuaskan Billy. Kepribadiannya yang memang sulit terbawa di sekolah. Namun semuanya berubah sejak takdir mempertemukannya dengan seorang penyihir bernama Shazam (Djimon Hounsou) yang mengatakan Billy bisa berubah jadi pahlawan super cukup dengan mengucapkan Shazam!

Bingung, itulah yang dirasakan Billy sewaktu menyadari dirinya berubah jadi pria dewasa (Zachari Levy), berbalut pakaian ketat berwarna merah menyala dengan lambang petir bercahaya di bagian dada. Billy kemudian menemui Freddy dan meminta bantuannya untuk mengeksplorasi setiap kemungkinan kekuatan super yang ada pada sosok superhero tersebut.

Setelah awal cerita yang datar dan sempit, Shazam membawa penonton dalam putaran petualangan pencarian identitas meriah. Antara Billy Batson, dan pria dewasa dengan kemampuan super yang tidak ia ketahui. Cerita dari satu kepribadian yang terpisah dalam dua tubuh berbeda fisik dan usia inilah yang menjadi kekuatan humor Shazam!

Cerita Shazam memang cerita tentang pencarian jati diri. Kisah seorang anak lelaki yang mencoba mencari tahu pahlawan seperti apa yang dia inginkan dan, pada akhirnya, menjadi pria seperti apa dia. Melalui proses pencarian jati diri inilah Gayden dan Sanberg membangun jalan cerita yang penuh kekonyolan.

Seperti ketika Billy dan Freddy mencari tahu apa saja kekuatan yang ada pada superhero tersebut. Mulai dari tes kekuatan, terbang, hingga ekspresi kagetnya karena dia ternyata kebal tembakan peluru.

Tengok pula kelucuan saat Billy dan Freddy memikirkan kemungkinan nama superhero yang tepat, seperti usulan nama Thundercrack karena bisa melaju dengan cepat, namun dengan cepat ditolak karena terdengar mengerikan.

 Selain Wonder Woman dan Aquaman, Shazam boleh dibilang film perkenalan superhero yang sukses dari sekian film superhero milik DC. Banyak kelucuan yang sukses membuat penonton tertawa. Kesan gelap yang selama ini identik dengan film superhero DC praktis hilang dalam sekejap.

Karena Shazam termasuk keluarga DC, dalam lingkup lebih sempit adalah anggota Justice League, ada beberapa simbol dan penampakan karakter keluarga Justice League lain yang muncul di film ini.

Meskipun terbilang sukses, Shazam bukan tanpa kekurangan. The Wizard terkesan kurang misterius dan tokoh jahatnya pun sepertinya mudah dikalahkan. Jadinya, pertarungan yang diharapkan bisa menjadi klimaks terlihat biasa saja.

Untuk ukuran film dengan rating PG-13, Shazam sangat aman ditonton anak-anak dibawah kategori umur tersebut. Tak ada adegan pertarungan yang brutal dan penuh darah. Tak ada pula adegan romantis dan humor-humor khusus dewasa. Sebagaimana dulu Shazam saat masih bernama Capten Marvel dipasarkan untuk ramah anak, begitu pula versi film layar lebarnya saat ini.

Seperti biasa, kejutan dari setiap film superhero (yang trend-nya diawali oleh Marvel) ada pada after credit scene. Jadi, pastikan jangan beranjak dulu sampai semua credit scene-nya selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun