Kurang lebih dua bulan lagi rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih akan menentukan pilihan, siapa dari kedua calon presiden/wakil presiden yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan.Â
Seluruh rakyat mungkin sudah menetapkan pilihan masing-masing. Dan mungkin banyak pula yang masih ragu-ragu hingga menunggu detik-detik terakhir, untuk melihat siapa yang layak jadi pemimpin Indonesia.
Kedua pasangan calon pemimpin itu sudah menunjukkan performa mereka secara langsung saat debat capres/cawapres babak pertama 17 Januari lalu. Namun, debat yang pertama tersebut dinilai belum bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai sejauh mana kapasitas dan kapabilitas mereka untuk memimpin negeri ini.
Dalam debat pertama, kedua pasangan calon belum menunjukkan orisinalitas kepribadian dan gagasan mereka. Hal ini karena dalam debat pertama, KPU sudah menyediakan kisi-kisi pertanyaan panelis. Kondisi ini membuat kedua pasangan capres seolah hanya membaca ulang jawaban yang sudah disediakan tim kampanye masing-masing.
Banyaknya kritik dan masukan dari masyarakat usai debat pertama akhirnya membuat KPU merubah format debat capres kedua yang digelar pada 17 Februari 2019 malam. Dalam debat kali ini, peserta debat yang hanya melibatkan calon presiden dari kedua kubu tidak akan menerima kisi-kisi pertanyaan dari KPU.
Dengan format seperti ini, masyarakat akan bisa melihat orisinalitas gagasan dari capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Dengan melihat secara langsung bagaimana performa asli kedua capres tersebut dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka, pilihan masyarakat bisa berubah. Debat capres kedua juga krusial untuk menunjukkan keberpihakan.
Debat capres kedua mengambil tema Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, serta Infrastruktur. Sebagai calon incumbent, Jokowi sangat diuntungkan dalam debat capres kedua ini. Berbagai program dan kebijakan yang sudah dilakukan dalam masa hampir 5 tahun pemerintahannya bisa dijadikan materi debat untuk meyakinkan masyarakat supaya tetap memilihnya.
Apalagi tema debat kali ini salah satunya adalah tentang infrastruktur. Boleh dibilang, infrastruktur adalah senjata andalan Jokowi. Praktis, dalam setiap kampanye, tim Jokowi selalu membanggakan berbagai proyek infrastruktur yang sudah mereka kerjakan. Tak peduli apakah itu melanjutkan proyek dari pemerintah sebelumnya. Yang penting masyarakat tahu bahwa pemerintahan Jokowi sangat peduli dan fokus pada pembangunan infrastruktur.
Sebaliknya, tim Prabowo sering mengkritik pembangunan infrastruktur dari pemerintah yang dinilai terlalu jor-joran, tanpa mempedulikan kondisi keuangan negara. Hingga untuk memenuhi "nafsu" membangun infrastruktur tersebut, beban utang negara semakin meningkat.
Untuk "menyerang" Jokowi dalam masalah infrastruktur, Prabowo bisa jadi kesulitan karena nyaris tak ada bahan serangan selain masalah hutang negara. Satu-satunya senjata yang bisa digunakan Prabowo adalah tema Energi dan Pangan.
Pada masa kampanye pilpres 2014, Jokowi selalu menjanjikan swasembada pangan. Jokowi bahkan berjanji akan memecat Menteri Pertanian apabila tidak bisa mewujudkan janji swasembada pangan yang diinginkannya.Â