Youtuber Indonesia Atta Halilintar menjadi sorotan media internasional. Bukan karena ada skandal atau konten video yang menggemparkan. Dengan jumlah subscriber mencapai lebih dari 10 juta pengguna, Atta Halilintar dinobatkan sebagai Raja YouTuber Indonesia, sekaligus menjadi raja YouTuber Asia Tenggara. Untuk ukuran Asia, Atta Halilintar berada di urutan ke-4, sementara Youtuber Ria Ricis berada di posisi keenam.
Dalam kolom komentar di laman Facebook situs detik.com, ada sebuah komentar yang -- meminjam istilah dari Bu Leya Cattleya -- sangat nonjok dan ngeplak. Pengguna Facebook Nihra Yazikuri menuliskan tanggapan atas berita tentang Atta Halilintar tersebut dengan komentar,
"Itu artinya ada 10 juta orang bodoh yang memberinya makan dan kemewahan, sementara mereka sendiri menghabiskan kuota melihat konten yang gak ada manfaat."
Menilai sebuah konten video di YouTube apakah itu berkualitas atau tidak ada manfaat tentu sangat subyektif. Saya sendiri harus mengakui tidak bisa menilai secara obyektif apakah konten yang dibuat dan disajikan Atta Halilintar itu termasuk kategori "unfaedah", "menghibur" atau "bermanfaat". Bagaimana bisa menilai lha wong saya sendiri belum pernah melihatnya? (Kecuali saat hendak menulis artikel ini untuk keperluan bahan pendukung tulisan).
Saya memang termasuk orang yang agak kolot dan konservatif. Untuk apa membuang-buang kuota internet hanya demi menonton dan berlangganan kanal YouTuber yang isi kontennya tidak jelas dan tidak bermanfaat? Lebih baik kuota internet itu saya gunakan untuk menelusuri jutaan artikel dan bahan literasi.
Idealis? Memang iya. Prinsip ini sama seperti apa yang pernah saya tuliskan sebelumnya, "Stop Making Stupid People Famous."
Tapi, bukan berarti saya menganggap Atta Halilintar itu termasuk kategori "Stupid People". Justru, dari lubuk hati yang paling dalam saya harus mengakui "kreativitasnya", keunggulannya dan prestasinya dalam mencapai sebuah milestone yang tidak semua orang di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara bisa mencapainya; memiliki 10 juta subscriber YouTube! Jika ini bukan prestasi, kata apa yang bisa menggambarkan dengan tepat untuk sesuatu yang sudah dicapai Atta Halilintar ini?
Harus diakui, kemunculan YouTube memang mengubah paradigma dunia hiburan. Dulu, dunia hiburan dipenuhi dengan artis-artis asli yang memang berbakat di bidangnya. Menyanyi, bermain musik, berakting, main sulap, melawak, pantomim, atau yang terbaru adalah stand-up comedy. Dulu, untuk mencapai kriteria bintang, butuh proses yang panjang dan penuh kerja keras.
Tapi YouTube mengubah semuanya. YouTube telah menciptakan generasi bintang, tetapi kebanyakan dari mereka tidak cukup berbakat untuk berhasil di industri hiburan nyata. Atta Halilintar, Ria Ricis, atau YouTuber lain yang sudah memiliki jutaan subscriber memang seorang bintang.Â
Namun kebintangan mereka hanya sebatas di platform yang mereka jadikan pijakan saja. Di luar dunia YouTube, mereka nyaris tidak berhasil mempertontonkan bakat apapun juga.
Bukan berarti semua YouTuber seperti itu. Ada banyak orang yang berbakat di YouTube, juga berbakat di dunia nyata. Tentunya ada beberapa orang yang berhasil menjadi bintang di YouTube sekaligus bintang di dunia nyata. Mereka adalah para seniman asli (penyanyi, musisi, pelawak, pesulap, pesirkus, dan artis-artis lain) yang menjadikan YouTube sebagai sarana promosi, bukan cuma sekedar sarana mendulang penghasilan dari iklan yang dilihat dan diklik penonton.