Setiap kali ada berita tentang tingkah konyol menjurus kebodohan dari seseorang yang lantas menjadi viral, beberapa netizen mengomentari dengan adagium "Stop Making Stupid People Famous". Pesannya sangat jelas, berhentilah memviralkan berita tingkah konyol bin bodoh itu karena akan membuat pelakunya jadi terkenal.
Seperti ketika netizen mengomentari berita viral Adi Saputra yang merusak sepeda motornya akibat ditilang polisi. Banyak netizen yang berkomentar seperti itu dengan maksud mempertanyakan apa gunanya membuat viral berita tentang kekonyolan seseorang.
Sepertinya ada nada iri dari ungkapan ini. Orang konyol dan bodoh kok dibikin terkenal. Buat apa? Mending bantu memviralkan dan memperkenalkan orang-orang yang pintar, yang ilmu dan pengetahuannya bisa bermanfaat, namun profil mereka luput dari perhatian media.
Baca juga: Prank Bagi-bagi Paket Sembako Isi Batu, Youtuber Ferdian Paleka Cari Sensasi
Ungkapan "Stop Making Stupid People Famous" ini pertama kali dipopulerkan oleh Plastic Jesus (PJ), seorang seniman jalanan Los Angeles. Pada tahun 2013, PJ membuat stensil bertuliskan "Stop Making Stupid People Famous dan menempelkannya di rambu-rambu lalu lintas, tembok, hingga jalanan kota Los Angeles. Tak hanya itu, PJ juga membuat desain kaos dengan ungkapan tersebut yang dipakainya setiap hari saat dia beraksi membuat karya seni di jalanan.
"Setiap kali saya memakai salah satu t-shirt saya, saya mendapat banyak komentar dari orang yang lewat," tulis PJ dalam emailnya ke sebuah media.
Seiring dengan popularitas ungkapan tersebut, pada tahun 2015 PJ lantas mendaftarkan hak cipta pemakaian ungkapan itu dalam desain kaos yang dibuat perusahaannya, Plastic Jesus Inc.
Sebelum menjadi seniman jalanan, PJ adalah seorang fotografer berita spesialis infotainment yang mengawali karirnya di tahun '90an. Menurut PJ dalam blognya, para penerbit media saat itu menyadari bahwa berita-berita tentang selebritis jauh lebih disukai daripada berita-berita nyata.
Seiring dengan meledaknya jumlah penonton dan pembaca infotainment, penerbit media lalu menelurkan ide "famous for being famous", terkenal karena menjadi/sengaja dijadikan terkenal. Ide ini lantas diwujudkan dalam bentuk tayangan realty show, yang menampilkan bagaimana media membuat seseorang bisa terkenal dalam sekejap hanya karena tingkah laku konyolnya yang dipertontonkan pada publik.
Melihat kondisi tersebut, nurani PJ seolah terusik. PJ lalu menulis opini di Huffington Post bahwa:Â
"jika kita menginginkan media yang lebih berkualitas, kita harus berhenti membuat orang-orang bodoh menjadi terkenal. Itu dimaksudkan sebagai kritik terhadap kami, konsumen, (karena) kami membeli majalah, melihat situs web, membaca koran."