Ada tiga penyakit yang paling sering hinggap di hati penulis. Malas, tidak konsisten dan putus asa.
Banyak alasan yang dikemukakan seseorang tatkala dia ditanya, "Mengapa tidak menulis?" Tak punya waktu, tak punya ide, lagi kena writer's block, tulisannya buruk, tidak percaya diri, dan segudang alasan lainnya.
Padahal, ujung-ujungnya itu semua hanyalah bentuk lain dari rasa malas. Semua alasan seperti itu ada solusinya. Mengutip pelajaran ilmu marketing, ada handling objection yang bisa kita lakukan untuk menyingkirkan batu sandungan berupa alasan-alasan tadi.
Tapi jika rasa malas sudah menggerogoti hati, sekuat apapun handling objection-nya, semudah apapun solusinya, tetap tidak akan bisa menggerakkan tangan seseorang untuk mulai menulis.
Bermula dari rasa malas, kita menjadi tidak konsisten untuk melatih keterampilan menulis. Bermula dari ketidakkonsistenan tersebut, timbullah rasa putus asa untuk bisa menulis. Untuk bisa menjadi penulis yang baik, yang bisa mencetak kesuksesan seperti penulis-penulis besar di luar sana.
Apalagi ketika kita mendapati karya tulis kita mendapat kritikan dan penilaian yang buruk. Atau naskah buku yang kita kirim ke penerbit dikembalikan dengan alasan tidak memenuhi kualitas yang mereka syaratkan.
Salah satu cara untuk mengusir rasa malas adalah dengan memotivasi diri kita. Baik itu motivasi internal, yakni keinginan yang kuat dan impian untuk bisa sukses, maupun motivasi eksternal. Berupa kisah sukses dari orang-orang yang sudah berhasil meraih mimpi dan mewujudkan kesuksesannya.
Dari sekian banyak kisah sukses penulis ternama, ada satu kisah menurut saya cukup menakjubkan. Yang bisa memberi kita 3 pelajaran bagaimana seorang penulis itu bisa menghasilkan sebuah karya yang mengguncangkan dunia.
***
Pada tahun 1971, seorang penulis muda lulus dengan gelar Master di bidang Jurnalisme dari Universitas Northwestern. Dia menghabiskan 13 tahun pertama karirnya dengan menulis secara profesional dan mencari nafkah dari situ.
Tetapi apa yang dia lakukan selama itu belum menghasilkan kesuksesan. Namanya tidak dikenal banyak orang. Pada tahun 1983, dia merilis buku keempatnya, The Armageddon Rag.