Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) merilis program bernama Lambe Hoaks dalam upaya memberikan literasi digital pemberantasan konten-konten hoaks.
Program ini merupakan kolaborasi antara biro humas Kominfo, Tim Aduan Konten Ditjen Aptika dan GPR TV Ditjen IKP. Nantinya, program ini akan ditayangkan rutin setiap minggu melalui saluran media utama GPR TV dan akun resmi media sosial Kemkominfo. Mengusung slogan "Mengupas fakta di balik hoaks, dalam setiap episodenya, Lambe Hoaks akan menayangkan 10 informasi hoaks yang beredar sekaligus meluruskan fakta yang sebenarnya.
Langkah Kemkominfo ini patut diapresiasi di tengah maraknya berita-berita dan kabar hoaks yang berhembus di tengah masyarakat. Apalagi generasi milenial memang sangat rentan terpapar berita hoaks.
Yang jadi masalah adalah pemilihan nama programnya. Mengapa harus bernama Lambe Hoaks? Dari situs Aptika Kemkominfo, alasan pemilihan nama Lambe Hoaks adalah mengikuti tren dari nama akun Instagram @lambe_turah yang katanya digandrungi oleh generasi milenial, baik yang pro maupun kontra.
Harus diakui, akun @lambe_turah memang fenomenal dan sangat terkenal di kalangan generasi milenial. Hingga saat ini, akun @lambe_turah sudah memiliki 6,1 juta follower. Akun ini sering dijadikan sumber referensi dan sumber pertama dari gosip-gosip serta kabar burung yang beredar di dunia maya.
Entah darimana sumber dayanya, akun @lambe_turah seolah menjadi yang terdepan dalam mengabarkan gosip-gosip miring. Mulai dari gosip selebriti hingga tokoh politik dan tokoh masyarakat lain. Meski tak jarang gosip-gosip itu benar-benar hanya kabar burung, tidak ada fakta pendukungnya.
Kepopuleran nama lambe turah membuat beberapa orang mencoba untuk mengekor dan mendompleng kepopulerannya dengan menjiplak namanya. Di Instagram, ada beberapa akun yang menggunakan frasa lambe dan turah. Seperti @maklambeturah, @mak.lambe.turah, @bukan_lambe_turah, @viral.lambe dan yang paling mirip adalah @lambeturah. Semuanya memakai logo yang sama persis, bibir wanita berwarna merah menyala.
Kembali pada pemilihan nama Lambe Hoaks yang digunakan Kemkominfo, apakah mereka tidak memiliki perbendaharaan kata yang lain yang lebih elok, lebih santun, lebih beradab dan lebih keren daripada hanya sekedar mengikuti tren semata?
Memang, kata "Lambe"sudah masuk dalam perbendaharaan kata di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di KBBI arti kata lambe/lam*be/lamb/nbibir; mulut; ucapan. KBBI mengadopsi secara utuh kata Lambe dari bahasa Jawa.
Mungkin yang mengusulkan dan memilih nama Lambe ini bukan orang Jawa, atau tidak mengerti makna dari kata "lambe". Dalam bahasa Jawa, Lambe artinya bibir, tapi memiliki konotasi kasar.
Kata Lambe termasuk dalam tingkat bahasa Jawa Ngoko (tingkat bahasa yang digunakan rakyat jelata; bahasa krama inggil/halusnya adalah "lathi"). Kata Lambe juga sering dipakai untuk mengungkapkan kejengkelan atau mengumpat seseorang. Seperti, maaf, "Lambemu Cuk!"