"Aduh, itu Pak Kyai kok diam saja sih. Seperti dijadikan obyek pelengkap penderita saja. Mau ketawa tapi takut dosa."
Itulah komentar dari salah seorang pendukung capres Prabowo-Sandi (bukan saya) di salah satu forum debat politik di media sosial.
Debat calon presiden/wakil presiden yang berlangsung Kamis (17/01/2018) berlangsung datar. Seperti menyaksikan diskusi umum saja. Para kandidat terlihat beberapa kali menunduk ke bawah, membaca kisi-kisi jawaban yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Yang panas justru para pendukungnya di dunia maya. Adu komentar dan argumen dari masing-masing pendukung membuat riuh lini masa media sosial. Interpretasi terhadap gestur, pakaian, hingga jawaban dan materi debat saling dipertentangkan.
Namanya juga pendukung, tentu saja interpretasi mereka tak bisa lepas dari bias kepentingan. Pendukung Jokowi mati-matian membela capres mereka, begitu pula dengan pendukung Prabowo-Sandi.
Kedua pendukung saling serang dan bertahan dengan mengeluarkan berbagai kliping jejak digital. Misalnya ketika Jokowi mengkritisi banyaknya caleg mantan narapidana korupsi yang ada di partai Gerindra, pendukung Prabowo langsung membalas dengan jejak digital berita tentang pernyataan Jokowi bahwa mantan narapidana korupsi juga berhak untuk menjadi calon legislatif.
Begitu pula ketika Prabowo mengkritisi keberpihakan aparat, pendukung Jokowi langsung mengeluarkan meme tentang kasus hoaks Ratna Sarumpaet.
Meskipun saling bertentangan, namun kedua pendukung capres/cawapres seolah sepakat dalam satu hal: Debat Capres kali ini kurang menarik!
Mungkin mereka mengharapkan ada kejutan seperti dan saling serang dari kedua kontestan. Sayangnya itu tidak terjadi. Pertanyaan dari panelis yang sudah tidak rahasia lagi membuat para kontestan terlihat seperti membaca jawaban dari kertas contekan.
Yang sedikit terlihat seru adalah saat sesi tanya jawab antar kontestan. Karena masing-masing pihak tidak tahu apa yang hendak dipertanyakan oleh lawannya. Pertanyaan dan jawaban tiap capres/cawapres inilah yang lantas dijadikan peluru oleh para pendukungnya untuk saling serang.