KPU akhirnya merilis foto pasangan capres/cawapres di surat suara. Pasangan Joko Widodo/Ma'ruf Amin yang mendapat nomor undian 01 tampak mengenakan setelan baju koko berwarna putih, dipadukan dengan kopiah hitam. Sementara pasangan Prabowo Subianto/Sandiaga Uno mengenakan setelan jas hitam lengkap dengan dasi dan kopiah hitam.
Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat kita untuk menganalogikan dan memaknai segala sesuatu dengan persepsinya masing-masing. Tak terkecuali dengan masalah setelan pakaian yang dikenakan kedua pasangan capres/cawapres ini.
Para pengamat langsung mengeluarkan pendapatnya, sesuai dengan disipilin ilmu masing-masing. Pakar semiotika dari Institut Teknologi Bandung Acep Iwan Saidi misalnya, menilai pasangan Prabowo/Sandi yang mengenakan setelan jas resmi lengkap bermaksud mencitrakan diri sebagai sosok yang nasionalis.
Acep mengatakan bahwa jas hitam, kemeja putih, dan peci hitam adalah setelan resmi kenegaraan Indonesia. Biasanya, lanjut Acep, itu lazim digunakan para pejabat publik jika menghadiri suatu perhelatan yang bersifat formal. Baik di lingkup daerah, nasional, maupun internasional.
Acep menyebut jas dan dasi memang identik dengan Barat. Akan tetapi, menurutnya, setelan tersebut sudah diadopsi di Indonesia dengan ditambahkan peci hitam.
"Ada citra yang ingin disampaikan. Citranya itu, kalau dari pakaian, maka citra nasionalisme, karena itu pakaian resmi kita," kata Acep seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Sementara pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai Prabowo dan Sandi ingin menampilkan kepada masyarakat bahwa mereka merasal dari keluarga atau kalangan mapan dan terpandang. Baik mapan dari segi ekonomi maupun pendidikan.
"Ingin menunjukkan bahwa mereka adalah elite, karena pakaian mereka itu necis dan tidak bisa diakses oleh semua orang. Jas dan dasi itu identik dengan orang kaya, orang berpunya," tutur Adi.
Meski begitu, Adi menekankan bahwa cara berpakaian Prabowo-Sandi tidak bermaksud membuat jarak dengan masyarakat pada umumnya. Prabowo dan Sandi justru ingin meyakinkan masyarakat bahwa mereka sudah mapan dan tidak akan memperkaya diri sendiri jika terpilih.
"Mungkin, karena pakaiannya elite itu seolah ingin meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka sudah terjamin bibit bebet dan bobobtnya sehingga tidak akan memperkaya diri sendiri jika terpilih," ujar Adi.
Lain halnya dengan penilaian pengamat terhadap setelan pakaian yang dikenakan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Banyak pihak yang menilai, pemilihan baju koko putih, yang identik dengan nuansa islami membuat pasangan kubu petahana seolah ingin mencitrakan diri lekat dengan kalangan umat Islam.