Bagi umat Islam, ibadah haji adalah puncak impian. Siapa diantara umat Islam yang hatinya tidak merindukan haji? Menjadi tamu di Baitullah, sekaligus menunaikan Rukun Islam yang kelima.
Di Baitullah itulah tempat Islam bermula. Dan ke tempat yang mulia itu pula Allah  mengundang seluruh manusia untuk haji dan beribadah kepada-Nya. Undangan haji ini bahkan berlaku berlaku sejak masa Nabi Ibrahim A.S, sebagaimana firman Allah Ta'ala,
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. Al-Hajj: 27)
Ibadah haji diwajibkan bagi setiap muslim yang mampu. Baik itu mampu secara fisik, maupun mampu secara finansial. Allah berfirman,
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah."Â
(QS. Ali Imran: 97)
Sebagian besar umat Islam jika membaca ayat ini memiliki persepsi bahwa yang bisa pergi haji hanya mereka yang kaya saja. Sehingga orang-orang yang belum dikaruniai kecukupan harta menjadi ciut nyalinya. Tak sedikit pula diantara kaum muslimin bahkan belum ada gambaran sama sekali di benaknya untuk berhaji lantaran melihat minimnya ekonomi mereka.
Ayat tersebut memang menjelaskan secara harfiah bahwa ibadah haji itu wajib bagi yang sanggup (mampu) mengadakan perjalanan ke Baitullah. Tapi bukan berarti ayat ini hanya membatasi pada orang kaya saja. Sanggup disini berarti bila saatnya berhaji tiba, jasmani kita sehat dan finansial kita mencukupi untuk melakukan perjalanan ke Baitullah.
Kesanggupan kita untuk melaksanakan ibadah haji bisa terlihat pertama kali dari niat. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, insyaallah kita tak akan luput dari pahala haji. Bisa jadi dengan niat dan tekad yang tulus itu Allah berkenan memberi kita kemudahan jalan yang tak disangka-sangka.
Kita mungkin pernah mendengar beberapa kisah inspiratif, tentang orang-orang yang belum dikaruniai kecukupan harta, tapi mampu pergi haji. Mereka yang berprofesi sebagai guru, petani, pedagang kelontong, dan macam-macam profesi lain yang menurut pemikiran kita penghasilannya belum bisa digunakan untuk membiayai haji. Tapi atas kehendak Allah, impian mereka untuk beribadah haji bisa terkabulkan.
Namun, niat saja belum cukup. Sebagai bukti dari tekad dan niat kita, tentunya kita tidak akan tinggal diam. Ada ikhtiar atau usaha semampu kita untuk bisa menjalankan niat beribadah haji.