Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Susahnya Memahami Pernyataan Politik Prabowo

26 November 2018   12:11 Diperbarui: 26 November 2018   12:43 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setelah dijelaskan oleh pihak Prabowo perihal pernyataan yang benar, situs media luar negeri kemudian merubah isi dan judul berita yang sudah mereka muat. BBC misalnya mengganti judul "Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia" menjadi "Pemindahan kedutaan ke Yerusalem, Prabowo hormati kedaulatan Australia", kemudian SHM yang semula menulis judul: " "Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem" diubah menjadi "Presidential candidate says Indonesia should respect Australian sovereignty on embassy move".

Sebagai capres yang menantang kubu petahana, pernyataan Prabowo, yang didukung dengan kesimpulan yang salah dari media nasional langsung menjadi makanan empuk bagi kubu Jokowi dengan tendensi yang menyudutkan Prabowo. 

Melalui rilis resmi berjudul: "PDIP: Pernyataan Prabowo Setuju Pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem, Ahistoris", Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto mengkritik keras Prabowo.
"Pak Prabowo tidak hormati hukum internasional dan sikap kemerdekaan hak segala bangsa," demikian pembukaan rilis Hasto.

Berbagai pernyataan Prabowo yang mengundang kontroversi menimbulkan satu pertanyaan tersendiri: Sesulit itukah masyarakat Indonesia memahami kalimat-kalimat dan maksud yang tersirat dari Prabowo? Apakah Prabowo yang terlalu intelektual atau kita yang terlalu bodoh untuk memahaminya?

Membandingkan gaya komunikasi politik Prabowo dengan Jokowi seperti langit dan bumi. Jokowi cenderung ceplas-ceplos, menggunakan diksi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami masyarakat kebanyakan. Sontoloyo, Gendruwo, Tabok, dan diksi-diksi lain yang lebih mudah diserap dan digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh rakyat kecil.

Sementara diksi yang digunakan Prabowo sepertinya diperuntukkan bagi masyarakat elit. Hanya yang "tidak buta huruf fungsional" saja yang bisa mengerti apa sesungguhnya makna dari setiap pernyataan Prabowo.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun