Momen apa yang paling diingat saat kita masih duduk di bangku kuliah dulu? Mungkin banyak, yang pasti salah satunya adalah proses penulisan skripsi. Entah itu karena sulitnya mencari judul, membuat penelitian, dosen pembimbing yang sulit ditemui hingga sidang skripsi yang menegangkan. Saya cukup yakin, 9 dari 10 orang yang pernah kuliah akan mengakui hal ini.
Saat masih kuliah, kita memang harus membiasakan diri untuk bisa berpikir ilmiah dan menulis ilmiah. Hanya saja, ketika kita sudah masuk ke dunia yang penuh dengan realita seperti sekarang, proses berpikir ilmiah tersebut kadang menjadi semakin berkurang. Kemampuan untuk menulis ilmiah pun menurun drastis.
Padahal, menulis ilmiah memiliki lebih banyak manfaat di luar dunia universitas atau lingkaran akademis. Bahkan, ini bisa menjadi salah satu keterampilan paling efektif yang dapat kita gunakan untuk menulis, terutama jika kita menekuni profesi blogger.
Apa saja manfaat menulis ilmiah tersebut? Berikut enam diantaranya:
Kita belajar pentingnya menghargai kutipan dan referensi
Masalah plagiarisme seolah menempel ketat dalam industri penulisan. Seperti bekas permen karet yang menempel di sepatu, selalu ikut kemanapun kita melangkahkan kaki.
Tak hanya dalam industri penulisan komersial, masalah plagiarisme kini juga sudah menjalar di dunia akademis. Banyak mahasiswa hingga dosen yang menulis skripsi atau tesis dan jurnal mereka bahkan dalam bentuk plagiat murni.
Padahal saat kita masih kuliah dulu, kita diajari pentingnya kutipan dan referensi dalam metode penulisan ilmiah. Ketika sudah lepas dari lingkaran akademis, secara perlahan kita seolah melupakan hal yang penting ini. Kita menganggap remeh kutipan yang kita ambil dari tulisan orang lain, dan mengira hal ini hanya ada dalam dunia akademis yang serba ilmiah saja.
Faktanya tidak seperti itu. Dalam dunia penulisan, mengambil kutipan milik orang lain tetaplah perlu dicantumkan sumbernya dari mana. Begitu pula dengan referensi, terutama jika tulisan itu memuat hal-hal yang bersifat ilmiah. Kita harus bisa menunjukkan sumber data atau sumber penelitian yang kita muat dalam tulisan kita tersebut.
Sayangnya, dalam industri penulisan digital seperti sekarang, banyak yang sudah melupakan hal yang penting ini. Banyak situs-situs yang memuat artikel, baik itu ilmiah ataupun tidak, dan didalamnya mengandung unsur kutipan tidak menyebutkan darimana sumbernya. Seolah si penulis hendak menunjukkan pada pembaca bahwa artikel itu murni dari pemikirannya sendiri.
Kita akan terbiasa menggali sumber informasi lebih dalam