"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al Hajj:34)
Ayat ini merupakan landasan disyariatkannya menyembelih hewan kurban. Dari ayat ini pula Allah secara harfiah mengatakan, pada setiap ummat telah disyariatkan untuk berkurban. Dengan tujuan untuk mengingat akan segala nikmat dan rezeki yang telah Allah berikan pada ummat Nya.
Selama ini, kita memahami syariat menyembelih hewan kurban merupakan sebuah napak tilas dan meneladani perjalanan hidup Nabi Ibrahim As. Teladan atas kesabaran Nabi Ibrahim, dan ketaatan sang putra Nabi Ismail.
Syariat berkurban sejatinya sudah dimulai semenjak jaman Nabi Adam As. Nabi pertama di muka bumi ini memiliki dua orang putra, Qabil dan Habil. Qabil merupakan seorang yang ahli pertanian. Kebunnya luas, hasil panennya banyak. Sementara saudaranya Habil merupakah seorang yang ahli peternakan. Hewan-hewannya gemuk, beranak pinak.
Suatu ketika, Allah memerintahkan keduanya untuk berkurban.
"Ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Maidah: 27)
Saat diperintahkan berkurban, Qabil merasa sayang dengan hasil perkebunannya. Karena itu, dia berkurban dengan hasil panen buah-buahan yang busuk. Sementara Habil, berkurban dengan penuh keikhlasan menyembelih hewan terbaik yang dimilikinya. Â Keikhlasan Habil, dilandasi oleh ketundukan dan ketakwaan perintah Allah membuat kurbannya diterima.
Syariat Berkurban Disempurnakan oleh Nabi Ibrahim
Syariat berkurban kemudian disempurnakan pada masa Nabi Ibrahim As. Suatu ketika, Khalilullah Ibrahim As menyembelih qurban sejumlah 1000 ekor domba, 300 sapi dan 100 ekor onta. Orang-orang pun bertanya, untuk apa kurban sebanyak itu. Â Beliau menjawab bahwa itu semua tak seberapa. Bahkan seandainya Allah menginginkan anaknya pun dia bersedia berkurban.
Allah pun menguji niat Nabi Ibrahim tersebut. Dikabulkanlah do'a Nabi Ibrahim yang meminta anak sholeh. Dari istrinya Hajar, Nabi Ibrahim beroleh seorang putra, Ismail. Saat Ismail sedang dalam masa pertumbuhan, dari balita menjadi anak yang lucu, menggemaskan, menjadi buah hati orang tuanya, Allah seakan menagih janji Ibrahim. Bahwa demi Allah, anaknya pun bersedia dikurbankan.
Ibrahim pun mendapat perintah untuk mengurbankan Ismail. Pada perintah pertama yang datang melalui mimpinya tersebut, hati Ibrahim masih bimbang. Setan pun menggodanya, mengajaknya untuk mengabaikan perintah Allah tersebut.