Dari sederet toples kaca berisi aneka biji kopi di meja barista, mata saya tertumbuk pada satu toples dengan tulisan "House Blend Coffee" pada sticker yang menempel di toplesnya. Saya pun meminta barista untuk menyeduh biji kopi dari toples tersebut.
Mungkin diantara pembaca sekaligus penikmat kopi ada yang belum familiar dengan istilah House Blend, atau Kopi Blend. Karena biasanya toples-toples berisi biji kopi bertuliskan nama-nama seperti Arabika Gayo, Arabika Bali Kintamani, Toraja, Java Ijen dan lain sebagainya. Nama-nama seperti ini digunakan untuk menyebut kopi single origin. Yakni kopi berjenis tunggal dari satu daerah perkebunan.
Sedangkan House Blend Coffee adalah campuran dari 2 hingga 4 macam kopi single origin tersebut. Banyaknya kopi yang dicampur tergantung dari kompleksitas citarasa yang diinginkan. Semakin banyak jenis kopi yang dicampur, semakin kompleks pula aroma kopi yang dihasilkan.
Bisa dibilang, house blend coffee adalah sebuah signature, menu kopi yang menjadi ciri khas yang tidak akan dijumpai di cafe atau kedai kopi lain. Mirip dengan kopi single origin yang juga sebuah signature. Bedanya, house blend coffee menjadi signature dari peraciknya. Sedangkan kopi single origin adalah signature alami yang dibawa dari tanah tempat tanaman kopi itu tumbuh.
Setiap cafe biasanya memiliki resep racikan house blend tersendiri. Kompisisinya juga berbeda-beda, tergantung dari jenis kopi single origin yang dicampurkan. Karena itu, house blend coffee dari setiap cafe tidak ada yang sama citarasanya.
Membuat house blend coffee gampang-gampang susah. Tidak ada aturan atau resep standar untuk membuatnya. Namun untuk membuat house blend coffee yang disukai pembeli, seorang barista atau peraciknya harus memahami beberapa faktor penentu yang membentuk citarasa sebuah kopi.
Yang pertama tentu saja jenis kopi single origin yang hendak dicampurkan. Setiap kopi single origin memiliki karakteristik aroma yang berbeda. Arabika Gayo berbeda rasanya dengan Arabika Bali Kintamani, meskipun sama-sama berjenis kopi Arabika. Ini karena tanaman kopi membawa ciri khas tersendiri dari tempat asal penanamannya.Â
Faktor alam yang ada di lokasi penanaman seperti kandungan tanah, ketinggian tanah, curah hujan, iklim, mikro-bioma tanah dan topografi dari tempat penanaman sangat berpengaruh pada aroma yang dihasilkan dari biji kopi tersebut. Dalam dunia kopi keadaan ini disebut dengan istilah "terroir".
Faktor yang kedua adalah profil penyangraian biji kopi. Roasting ( sangrai ) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas rasa dan aroma kopi. Pada umumnya profil roasting dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Light Roast, Medium Roast, dan Dark Roast.Biji kopi yang disangrai terlalu lama/terlalu matang (Dark Roast) misalnya, memiliki kandungan kafein paling kecil, dan tidak terlalu masam karena tertutup oleh rasa pahit dari biji kopi yang agak gosong.
Tips Membuat House Blend Coffee
Pada dasarnya, membuat house blend coffee itu gampang-gampang susah. Di rumah pun kita bisa membuat house blend coffee sendiri. Yang sulit adalah mempertahankan konsistensi hasil racikan. Karena terkadang saat membuat kopi blend yang kedua bisa saja citarasanya berbeda dengan saat kita membuatnya pertama kali. Meskipun komposisi campuran dan jenis kopi yang digunakan sama.
Jika ingin membuat house blend coffee sendiri, yang pertama kali harus diperhatikan adalah tujuan karakteristik rasa yang kita inginkan. Seperti apa nantinya fragrance (aroma kopi sebelum diseduh), flavor (aroma kopi setelah diseduh), after taste (rasa yang tertinggal), acidity (keasaman), body (kekentalan), balance (keseimbangan rasa), clean cup (rasa diluar kopi), sweetness dan karakteristik lainnya secara keseluruhan. Apakah kita ingin rasa masamnya meningkat, atau justru aroma coklatnya yang lebih tajam.