Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sambutlah Hujan Meteor pada Saat Gerhana Bulan Terlama di Bulan Juli

3 Juli 2018   16:35 Diperbarui: 4 Juli 2018   00:41 3172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penampakan bulan purnama Februari 2018 (nationalgeographic.com)

Akhir bulan Juli ini, bumi akan kedatangan fenomena alam yang spektakuler. Gerhana bulan dengan durasi waktu terlama, yang datang bersamaan dengan hujan meteor. Kapan waktunya? Catat dan jangan sampai ketinggalan untuk melihatnya, yakni di tanggal 27-28 Juli (tergantung diwilayah mana kita menyaksikannya).

Mengutip dari Earthsky.org, Astronom Bruce McClure mengatakan bahwa gerhana bulan total yang akan terjadi kali ini berlangsung selama 1 jam 43 menit. Ini merupakan gerhana bulan terpanjang di abad ke-21. Gerhana kali ini juga berlangsung 40 menit lebih lama daripada gerhana bulan "Super Blue Moon" yang terjadi pada awal bulan Januari 2018 lalu.

McClure memperkirakan bahwa gerhana bulan total akan mencakup gerhana parsial yang dimulai pada pukul 6:24 UTC, atau 1:24 dinihari WIB hingga 10:29 UTC, atau 05:29 dinihari WIB. Ini berarti bulan membutuhkan waktu selama 4 jam untuk menyeberangi bayangan umbral bumi yang gelap. Puncak gerhana diperkirakan akan terjadi pada pukul 3 dinihari WIB. Gerhana bulan total kali ini akan dapat dilihat di seluruh dunia.

Mengapa gerhana bulan kali ini terjadi begitu lama?

Hal ini disebabkan pada saat terjadinya gerhana, bulan sedang berada pada titik terjauhnya dari bumi. Seperti yang kita ketahui, lintasan atau orbit bulan saat mengelilingi bumi berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Karena itu, ada kalanya bulan berada pada titik terdekat atau disebut bulan perigee, ada waktunya pula bulan berada pada titik terjauh, atau disebut bulan apogee.

ilustrasi bulan perigee dan apogee (universetoday.com)
ilustrasi bulan perigee dan apogee (universetoday.com)
Pada gerhana bulan awal Januari 2018 yang lalu, bulan sedang berada di titik terdekatnya. Karenanya, gerhana bulan pertama di tahun 2018 itu disebut dengan gerhana bulan "Super Blue Moon". Pertama karena penampakan bulan purnama yang begitu besar sebelum terjadinya gerhana yang menutupinya. Dan kedua karena di bulan Januari terjadi dua kali bulan purnama, yakni di awal bulan dan di akhir bulan, yang mana fenomena terjadinya dua kali purnama dalam satu bulan disebut "blue moon".

Lain halnya dengan gerhana bulan di akhir Juli nanti. Kalangan astronom menyebutnya "Mini Blood Moon". Disebut mini karena penampakan bulan terlihat kecil karena berada di titik terjauh dari bumi, atau disebut pula bulan apogee. Meski begitu, cahaya bulan purnama yang terlihat di bumi masih nampak merah berdarah, atau di sebut blood moon. Hal ini disebabkan terjadinya hamburan Rayleigh yang menghilangkan partikel cahaya hijau dan ungu di langit selama gerhana. 

Hamburan Rayleigh adalah fenomena ketika cahaya menumbuk partikel kecil sehingga terjadi pembiasan yang sudutnya berbeda-beda, tergantung panjang gelombang. Semakin besar panjang gelombangnya, semakin mendekati warna merah. Karena itu, meski sedang berada di titik terjauhnya, bulan purnama yang terjadi masih tetap berwarna merah darah sebelum nanti akan menjadi gelap karena gerhana.

Hujan Meteor saat Gerhana Bulan

Selain gerhana bulan terlama, fenomena alam lain yang bisa kita saksikan pada saat itu juga adalah hujan meteor Delta Akuarid. Namanya berasal dari titik radian tempat di mana meteor-meteor seolah muncul: dekat bintang Skat (Delta Akuarii) di rasi bintang Akuarius. Hujan meteor ini mencapai puncaknya pada tanggal yang sama dengan terjadinya gerhana Bulan total di tanggal 27-28 Juli nanti.

Terangnya cahaya bulan purnama bisa jadi akan menipiskan penglihatan pada fenomena hujan meteor. Meski begitu, beberapa meteor terang diprediksi masih akan bisa dilihat dengan intensitas 15-20 meteor per jam jika diamati dari lokasi yang gelap gulita.

 Menarik bukan? Nah, jika ingin melihat atau bahkan memotret gerhana bulan dan hujan meteor yang terjadi, sebaiknya kita melakukannya di alam terbuka, yang jauh atau bebas dari cahaya-cahaya lampu rumah dan gedung. Selain itu, jangan lupa persiapkan fisik kita, dengan tidur lebih awal supaya kita bisa bangun pada waktu dini hari karena gerhana bulan baru akan dimulai pukul 1 dinihari dan mencapai puncak pada pukul 3 dini hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun