Berpuasa di musim kemarau sering menghadirkan godaan tersendiri, terutama rasa haus. Saat waktu berbuka tiba, minuman dingin lah yang seringkali menjadi pilihan pertama. Di pasar takjil atau penjual makanan untuk berbuka, kita bisa menemukan aneka minuman dingin yang dijual. Mulai dari es buah, es campur, es kepal Milo dan ragam minuman dingin lainnya. Tapi, sejak setahun belakangan ini, Â minuman dingin favorit saya adalah kopi dingin dan kopi susu.
Memangnya bisa kopi dinikmati dingin? Siapa yang bilang tidak bisa. Dalam bahasa barista, kopi dingin disebut Cold Brew, minuman kopi dengan fermentasi air dingin. Teknik penyeduhan ini bukan berarti bubuk kopi diseduh dengan air dingin dan langsung dinikmati. Kopi yang diseduh dengan metode Cold brew menggunakan faktor lamanya durasi/waktu ketimbang suhu panas untuk mengekstraksi kopi.
Minuman kopi dingin ini dibuat dengan memakai metode "perendaman" selama minimal 8 jam. Biasanya jangka waktu yang digunakan adalah 8-12 jam. Untuk menyeduh (brewing), yang digunakan adalah air biasa dengan suhu ruang atau dengan air dingin. Inilah yang membedakan cold brew dengan kopi biasa yang diseduh dengan air panas. Kopi cold brew tidak pernah terkena paparan (suhu) panas sehingga tidak ikut mengekstraksi karakter keasaman dari kopi. Dengan kata lain, kopi dingin aman diminum dalam kondisi perut kosong seperti untuk berbuka puasa.
Di bulan puasa kali ini, untuk membuat kopi dingin di rumah saya mulai menyeduh dan merendamnya sekitar pukul 6 atau 7 petang. Jenis kopi yang biasa saya pakai adalah kopi Arabika Java Semeru yang digiling sedikit kasar. Menurut saya, kopi ini lebih cocok untuk dijadikan kopi dingin karena karakter asamnya yang tidak terlalu tinggi. Kopi dingin memang lebih umum menggunakan kopi Arabika karena karakteristik aromanya yang mirip buah-buahan.
Setelah difermentasi dalam toples kaca selama 8 jam, saat sahur kopi dingin sudah siap dipanen. Kopi dingin ini bisa bertahan selama kurang lebih 1 minggu jika disimpan dalam wadah bertutup rapat di suhu dingin . Karena itu, saya menyimpan kopi dingin yang dibuat dalam botol-botol kecil, supaya bisa dinikmati di lain waktu, terutama untuk berbuka puasa nanti.
Untuk anak-anak, karena mereka tidak suka dengan rasa pahit kopinya, saya membuat variasi lain dari kopi dingin ini. Yakni mencampurnya dengan susu. Susu yang digunakan bisa susu segar, atau kental manis (condensed milk). Yang perlu diperhatikan adalah komposisi campurannya. Jangan sampai kopinya terlalu banyak sehingga masih tetap terasa pahit, atau jangan sampai pula susunya yang terlalu banyak sehingga menghilangkan rasa asli kopinya. Secara visual, kopi susu yang baik berwarna coklat pas. Bukan coklat muda (susunya terlalu banyak) atau coklat tua (kopinya terlalu banyak).
Karena kafein dalam kopi adalah stimulan, minum kopi dingin atau kopi susu dingin, selain menyegarkan saat diminum untuk berbuka puasa, juga bisa mengembalikan stamina kita setelah setengah hari berpuasa. Tak hanya itu, mata kita juga tidak mudah mengantuk sehingga masih tetap semangat untuk sholat tarawih dan tadarus Al Quran di malam harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H