Keberkahan bulan Ramadan tak hanya tentang banyaknya pahala untuk setiap ibadah yang kita lakukan. Dalam hal keduniaan, bulan Ramadan adalah bulan terbaik mencari rezeki. Ramadan adalah bulan dimana kita bisa menjumpai aneka makanan dan minuman yang sebelumnya tidak pernah ada tiba-tiba banyak yang menjual.
Di bulan Ramadan kita mungkin jarang atau malah tidak pernah minum kolak pisang, es cendol, kurma, atau aneka makanan tradisional khas daerah. Begitu masuk bulan Ramadan, semua makanan dan minuman itu tiba-tiba banyak yang menjual.
Ramadan juga menjadi bulan dimana orang-orang yang semula tidak pernah berjualan tiba-tiba menyisihkan rasa gengsi mereka demi mengejar rezeki di bulan yang berkah ini. Anak-anak muda berpakaian stylish menjual makanan dan minuman takjil di belakang mobil-mobil keren yang biasa mereka kendarai sehari-hari.
Pasar-pasar dadakan muncul di beberapa titik lokasi keramaian. Seakan-akan semua orang saat bulan Ramadan berpindah profesi menjadi pedagang. Namun tidak semua pasar Ramadan itu ramai dengan pembeli. Tahun ini, banyak pasar dadakan yang terlihat sepi, jauh dari ekspektasi yang diharapkan para penjualnya.
Seperti yang ada di lapangan Rampal, Kota Malang ini. Tahun-tahun sebelumnya di lapangan yang sering dipadati masyarakat untuk berolahraga ringan atau aktivitas lainnya ini tidak ada pasar Ramadan. Baru tahun ini pengelola lapangan membuka event pasar Ramadan. Tidak tanggung-tanggung, menurut pengelola sudah disediakan 200 stand untuk berjualan di area dalam lapangan.
Berbeda dengan pasar dadakan lain yang didominasi penjual makanan takjil, di pasar Ramadan yang ada di lapangan Rampal banyak stand yang menjual barang kebutuhan pokok hingga baju muslim.
Namun lokasi yang strategis dan sering menjadi rujukan tempat untuk segala aktivitas masyarakat tidak menjamin pasar Ramadan di lapangan Rampal ini ramai. Hingga hari ke-10 bulan Ramadan tahun ini, aktivitas jual beli di pasar Ramadan ini terlihat sepi. Hanya sabtu dan minggu saja pasar Ramadan di lapangan Rampal ramai, meski tidak sampai penuh sesak. Di akhir pekan memang banyak warga yang berolahraga di lapangan milik institusi militer ini.
Kondisi yang berbeda terjadi di beberapa lokasi pasar dadakan lain yang sudah lama eksis. Seperti di pasar takjil Polehan, Kampung Ramadan Sawojajar, atau Pasar Ramadan di sepanjang jalan Soekarno-Hatta (Soehat) yang masih ramai dengan pembeli meski-menurut penuturan beberapa pedagang-tidak seramai 2-3 tahun sebelumnya.
Apakah sepinya beberapa pasar Ramadan di tahun ini pertanda ekonomi kita sedang lesu? Bisa jadi. Tapi mungkin bukan penyebab utama. Daya beli masyarakat memang sedang turun, suka atau tidak suka kita harus mengakui fakta ini.
Masyarakat cenderung lebih suka untuk menahan diri, menyimpan kelebihan penghasilan mereka untuk antisipasi kebutuhan yang mendadak dan mendesak. Sebelum Ramadan, tanda-tanda lesunya perekonomian di negara kita sudah terlihat.
Faktor lain yang menjadi penyebab sepinya pasar Ramadan tahun ini adalah masyarakat tidak memperhatikan hukum demand and supply. Banyak warga yang ingin menambah penghasilan dengan berjualan di bulan Ramadan, sementara pembelinya tidak bertambah. Permintaan barang tetap, sementara yang menjual semakin banyak.