Tempat parkir itu nampak kosong. Hanya ada dua mobil, serta lima sepeda motor  yang mengisi tempat parkir Taman Wisata Bendungan Karangkates, Malang. Mungkin karena ini hari sabtu siang, sehingga tidak banyak orang yang berkunjung.
Namun menurut Mulyono, penjaga parkir di taman tersebut, Taman Wisata Bendungan Karangkates memang sudah lama sepi pengunjung. Yang ramai hanya mereka yang hendak berenang di kolam renang. Keberadaan wahana kolam renang ini seakan menambah nafas baru bagi Taman Wisata Bendungan Karangkates yang hampir satu dekade ini nyaris terbengkalai.
Bendungan Karangkates merupakan salah satu bendungan terbesar di Indonesia. Jaman masih kuliah dulu, saya sering bermain disini bersama teman-teman, memancing ikan "Harmoko" di tepi bendungan sebelah selatan. Dinamakan ikan "Harmoko" karena benih-benih ikan yang ada di bendungan ini dulu ditabur oleh pak Harmoko, mantan Menteri Penerangan era pemerintahan Suharto. Wujud asli ikan ini mirip dengan ikan mujair, hanya saja bentuknya lebih kecil dan lebih gesit. Sulit sekali memancingnya.
Bendungan Karangkates dibangun pada tahun 1975 -- 1977 dengan menghabiskan anggaran sebesar USD 37,97 juta atau sekitar Rp.10.093 Milyar. Bendungan yang terletak di jalan raya Malang-Blitar ini diresmikan penggunaannya pada 4 September 1977 oleh Presiden Soeharto dan diberi nama Bendungan Sutami sebagai bentuk penghargaan dan tanda terima kasih pemerintah kepada Prof. Dr. Ir. Sutami atas jasa-jasanya bagi pembangunan di Indonesia. Menempati lahan seluas 6 hektar, Waduk atau Bendungan Karangkates memanfaatkan aliran Sungai Brantas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memiliki kapasitas 3 x 35 megawatt (MW) dan dapat memproduksi listrik sampai dengan 400 juta kwh pertahun.
Dalam perkembangannya, Bendungan Karangkates dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas dan sarana olah raga seperti kolam pemancingan ikan, lapangan golf dan lapangan tenis serta dimanfaatkan sebagai taman wisata yang menempati lokasi di dua tempat, yaitu di sebelah utara Bendungan Karangkates dan di sebelah Selatan Bendungan Lahor. Biaya masuknya murah, cuma 7 ribu rupiah di hari biasa dan 10 ribu rupiah di akhir pekan.
Belakangan ini, Taman Wisata yang ada di bagian utara bendungan Karangkates kondisinya mengenaskan. Banyak fasilitas yang ada di taman tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada perawatan. Beberapa cottage yang ada di bagian bawah di tepi bendungan plafonnya banyak yang jebol. Begitu pula dengan taman bermain anak yang ada di sebelah restoran. Mainan ayunan terlihat berkarat, dan miniatur hewan-hewan dari pipa dan ban bekas sudah berwarna suram karena catnya mengelupas. Hanya rumputnya saja yang masih terawat. Seorang bapak tua terlihat membersihkan sampah dedaunan di area taman bermain.
Di area camping ground di sisi timur, terdapat dua pasang bangunan yang bentuknya unik. Satu bangunan besar berbentuk segitiga sama kaki, dengan kaki atap nyaris menyentuh tanah, hanya berjarak 80 centi saja. Beberapa gentengnya sudah copot, dan plafon di pintu depan ada yang jebol. Rumput liar tumbuh dengan lebatnya di sekeliling bangunan.
Kondisi tepi bendungan juga tidak terawat. Sebuah gazebo yang menjorok ke bendungan beberapa lantai kayunya copot. Jika tidak awas dan hati-hati, pengunjung bisa terperosok. Kondisi yang sama juga terdapat di beberapa tangga dermaga lainnya. Banyak lantai betonnya yang ambrol atau goyah. Di satu sisi, tidak ada satu pun petugas yang mengawasi bila ada pengunjung yang bermain-main di tepi bendungan. Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan bila sewaktu-waktu ada pengunjung yang kecelakaan tidak ada petugas yang menolong.