Pertama kali saya mendengar nama Bumi Perkemahan Bedengan adalah ketika tempat mengaji anak saya mengadakan acara outbond dan Tadabbur Alam. Pulangnya, si kecil dengan antusiasnya bercerita perihal serunya bermain di sungai yang jernih, menaiki pohon pinus, kebun jeruk yang terhampar luas, serta banyaknya tenda-tenda dari para pengunjung. Cerita itu membuat saya mengilar dan membayangkan asyiknya berkemah sambil memetik jeruk, dan bertekad sekali waktu harus berkunjung ke sana.
Akhirnya, baru pada liburan di hari pertama tahun 2018 saya sekeluarga berkesempatan mengunjungi langsung Bedengan. Terletak di Desa Wisata Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, bumi perkemahan Bedengan satu lokasi dengan Agrowisata Petik Jeruk.Â
Desa Selorejo memang terkenal sebagai penghasil utama buah jeruk, terutama jenis jeruk peras dan jeruk keprok. Jaraknya dari kota Malang juga terbilang dekat. Menuju ke arah Kota Wisata Batu, setelah tempat wisata Sengkaling ada pertigaan, belok ke kiri dan terus mengikuti petunjuk jalan ke Wisata Petik Jeruk.
Sekitar 20 menit perjalanan dari pertigaan Sengkaling tadi, sampailah kami di gerbang desa wisata Selorejo. Dari pemukiman penduduk, kami kemudian menjumpai hamparan kebun jeruk di kanan-kiri jalan. Beberapa kebun masih berbuah hijau, tapi ada pula yang sudah menguning tanda siap dipanen. Sepuluh menit kemudian, sampailah kami di lokasi parkir Bedengan.Â
Karena jalan masuknya hanya cukup untuk satu mobil, pengunjung yang membawa kendaraan roda empat harus berjalan kaki lagi sejauh 500 meteri. Tapi jika kamu membawa kendaraan roda dua, kamu bisa terus masuk dan kemudian parkir di tempat perkemahan. Di tempat parkir nanti, kamu tinggal membayar retribusi masuk sebesar 5 ribu rupiah dan retribusi parkir 3 ribu rupiah.Â
Di tengah perjalanan, kami berjumpa dengan serombongan anak SMP berseragam Pramuka. Sepertinya mereka baru saja berkemah di Bedengan.
Gemericik air dan suara riang anak-anak menyambut kami saat tiba di lokasi perkemahan. Saat tiba di lokasi, beberapa pengunjung tampak sedang membongkar tenda dan berkemas pulang. Ternyata, banyak juga pengunjung yang melewatkan malam pergantian tahun disini. Mereka yang berkemah itu menyebar di beberapa lokasi. Tapi yang jadi tempat favorit adalah di dekat sungai.Â
Air yang mengalir di sungai dangkal ini memang cukup deras. Batu-batu besar berdiri kokoh menghadang laju air. Sehingga menimbulkan suara yang cukup bergemuruh. Saya membayangkan asyiknya berkemah di tepi sungai, dimana tak ada gemuruh suara petasan dan kembang api. Melainkan hanya nyanyian alam yang disuarakan oleh binatang malam dengan iringan orkestra air sungai.
Dibandingkan dengan bumi perkemahan lain seperti Coban Rondo atau Coban Talun. Selain itu, daya tarik utama tentu saja ada pada sungai kecil yang mengalir sepanjang lokasi perkemahan. Untuk masalah kebersihan, Bedengan sudah menyiapkan 9 kamar kecil yang tersebar di titik-titik perkemahan. Juga ada musholla dan aula kecil yang terletak di tengah-tengah.