Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Suasana di Pasar Buku Wilis masih sepi. Banyak kios buku yang masih tutup. Tampak serombongan mahasiswi tengah mengerumuni sebuah kios yang sudah buka. Di sudut lain, beberapa pemilik kios yang baru datang tengah membersihkan buku-buku yang dipajang.
Begitulah suasana Pasar Buku Wilis tiap paginya, terutama di hari-hari kerja. Menurut pak Amin, salah satu pemilik kios buku, Pasar Buku Wilis biasanya mulai ramai saat menjelang sore. Di waktu itu, anak-anak sekolah sudah pulang, begitu pula dengan para mahasiswa yang sudah selesai waktu kuliahnya. Jika di akhir pekan, Pasar Buku Wilis bisa ramai dari pagi hingga sore hari.
Pasar Buku Wilis yang dibangun sejak tahun 2003 ini digunakan untuk merelokasi para pedagang buku bekas yang sebelumnya berjualan di sepanjang jalan Mojopahit. Dikalangan mahasiswa tahun 90-an, jalan yang dipenuhi kios-kios pedagang buku bekas lebih dikenal dengan nama Blok M. Karena dianggap semrawut dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas, para pedagang di Blok M ini akhirnya dipindah, dan dibuatkan sebuah Pasar khusus untuk jual beli buku yang terletak di jalan Simpang Wilis, Malang.
Dulu, para pedagang buku di Blok M lebih banyak menjual buku-buku bekas. Sedikit sekali yang menjual buku-buku pelajaran yang baru, khususnya untuk anak sekolah SD-SMA. Pangsa pasar untuk buku-buku pelajaran baru banyak diambil oleh toko-toko buku besar seperti Gramedia, Kharisma, Gunung Agung, atau Toga Mas. Kalaupun ada yang menjual, itu pun bekas pakai. Para pedagang buku di Blok M, lebih menyasar pangsa pasar mahasiswa. Diktat-diktat kuliah bekas mahasiswa yang sudah lulus, banyak diperjualbelikan kepada mahasiswa baru.
Sejak dipindahkah ke Pasar Buku Wilis, orientasi pedagang pun mulai berubah. Mereka tak melulu berjualan buku bekas. Di semua kios buku sekarang pasti ada yang berjualan buku baru. Entah itu buku pelajaran, diktat kuliah, atau novel-novel kekinian. Ini, adalah salah satu strategi mereka bertahan hidup. Buku-buku cetakan baru itu mereka dapatkan langsung dari penerbit, dengan harga khusus, yang kemudian mereka jual kembali dengan harga pasaran, meski kadang malah lebih mahal dibandingkan dengan harga di toko buku besar.
Padahal, tempat pasar buku ini sangat representatif. Area parkirnya luas, bisa menampung bus atau kendaraan pariwisata. Tempatnya juga sejuk karena dikelilingi pohon-pohon yang rindang. Kios-kios buku berjajar rapi, begitu pula toiletnya yang lumayan bersih. Bahkan, koleksi buku-buku bekas yang dijual layak untuk dijadikan koleksi pribadi. Banyak buku-buku lama yang bisa dibilang masuk kategori langka.
Sekolah-sekolah juga bisa diajak kerjasama dengan  menjadwalkan kunjungan khusus bagi murid-murid mereka. Tentu saja, hal ini harus diimbangi dengan pembangunan fisik untuk menata ulang dan mempercantik penampilan Pasar Buku Wilis supaya lebih layak untuk dikunjungi lebih banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H