Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Rebranding" Pasar Buku Wilis sebagai Destinasi Wisata Buku

20 November 2017   21:45 Diperbarui: 21 November 2017   07:30 2731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Suasana di Pasar Buku Wilis masih sepi. Banyak kios buku yang masih tutup. Tampak serombongan mahasiswi tengah mengerumuni sebuah kios yang sudah buka. Di sudut lain, beberapa pemilik kios yang baru datang tengah membersihkan buku-buku yang dipajang.

Begitulah suasana Pasar Buku Wilis tiap paginya, terutama di hari-hari kerja. Menurut pak Amin, salah satu pemilik kios buku, Pasar Buku Wilis biasanya mulai ramai saat menjelang sore. Di waktu itu, anak-anak sekolah sudah pulang, begitu pula dengan para mahasiswa yang sudah selesai waktu kuliahnya. Jika di akhir pekan, Pasar Buku Wilis bisa ramai dari pagi hingga sore hari.

Pasar Buku Wilis yang dibangun sejak tahun 2003 ini digunakan untuk merelokasi para pedagang buku bekas yang sebelumnya berjualan di sepanjang jalan Mojopahit. Dikalangan mahasiswa tahun 90-an, jalan yang dipenuhi kios-kios pedagang buku bekas lebih dikenal dengan nama Blok M. Karena dianggap semrawut dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas, para pedagang di Blok M ini akhirnya dipindah, dan dibuatkan sebuah Pasar khusus untuk jual beli buku yang terletak di jalan Simpang Wilis, Malang.

Dulu, para pedagang buku di Blok M lebih banyak menjual buku-buku bekas. Sedikit sekali yang menjual buku-buku pelajaran yang baru, khususnya untuk anak sekolah SD-SMA. Pangsa pasar untuk buku-buku pelajaran baru banyak diambil oleh toko-toko buku besar seperti Gramedia, Kharisma, Gunung Agung, atau Toga Mas. Kalaupun ada yang menjual, itu pun bekas pakai. Para pedagang buku di Blok M, lebih menyasar pangsa pasar mahasiswa. Diktat-diktat kuliah bekas mahasiswa yang sudah lulus, banyak diperjualbelikan kepada mahasiswa baru.

Sejak dipindahkah ke Pasar Buku Wilis, orientasi pedagang pun mulai berubah. Mereka tak melulu berjualan buku bekas. Di semua kios buku sekarang pasti ada yang berjualan buku baru. Entah itu buku pelajaran, diktat kuliah, atau novel-novel kekinian. Ini, adalah salah satu strategi mereka bertahan hidup. Buku-buku cetakan baru itu mereka dapatkan langsung dari penerbit, dengan harga khusus, yang kemudian mereka jual kembali dengan harga pasaran, meski kadang malah lebih mahal dibandingkan dengan harga di toko buku besar.

Deretan kios di Pasar Buku WIlis (pribadi)
Deretan kios di Pasar Buku WIlis (pribadi)
Di tengah budaya literasi yang terus menurun di kalangan anak muda, keberadaan Pasar Buku Wilis, atau pasar buku sejenis di kota lainnya, layak dipertahankan, tentu saja dengan perbaikan dan strategi branding yang tepat. Pasar Buku Wilis misalnya, bisa dijadikan sebuah destinasi wisata buku. Ide ini sebenarnya sudah dicanangkan Pemkot Malang sejak awal dibangunnya pasar buku tersebut. Sayangnya,  ide menjadikan Pasar Buku Wilis sebagai tempat wisata buku lambat laun memudar karena tidak ada dukungan dari pihak-pihak terkait, misal dari Dinas Pariwisata atau dari agen-agen perjalanan wisata.

Padahal, tempat pasar buku ini sangat representatif. Area parkirnya luas, bisa menampung bus atau kendaraan pariwisata. Tempatnya juga sejuk karena dikelilingi pohon-pohon yang rindang. Kios-kios buku berjajar rapi, begitu pula toiletnya yang lumayan bersih. Bahkan, koleksi buku-buku bekas yang dijual layak untuk dijadikan koleksi pribadi. Banyak buku-buku lama yang bisa dibilang masuk kategori langka.

buku-buku novel kekinian yang dijual di Pasar Buku Wilis (pribadi)
buku-buku novel kekinian yang dijual di Pasar Buku Wilis (pribadi)
Kerjasama dari pihak-pihak terkait, khususnya yang berhubungan dengan pariwisata dan pendidikan sangat diperlukan untuk merebranding Pasar Buku Wilis sebagai sebuah destinasi wisata buku. Dinas Pariwisata misalnya, bisa memasukkan Pasar Buku Wilis ini dalam pemetaan pariwisata kota Malang. Begitu pula dengan agen-agen dan biro pariwisata, bisa memasukkan tempat ini dalam agenda paket perjalanan yang mereka tawarkan pada wisatawan. 

Sekolah-sekolah juga bisa diajak kerjasama dengan  menjadwalkan kunjungan khusus bagi murid-murid mereka. Tentu saja, hal ini harus diimbangi dengan pembangunan fisik untuk menata ulang dan mempercantik penampilan Pasar Buku Wilis supaya lebih layak untuk dikunjungi lebih banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun