Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

9 Tahun Kompasiana, Mengenang Kompasiana TV

24 Oktober 2017   00:53 Diperbarui: 24 Oktober 2017   01:02 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa penulis Kompasiana boleh jadi punya beragam kenangan dan kesan bersama Kompasiana. Entah itu banyaknya artikel yang jadi Headline, artikel yang diplagiasi media ternama, tulisannya menjadi viral, hingga jadi public figur gegara Kompasiana. Tapi, bagi saya cuma ada satu kesan dan kenangan: Kompasiana TV. Inilah satu-satunya yang menjadi pembeda antara Kompasiana dan platform blog bersama lainnya. Sebelum akhirnya Kompasiana TV harus diakhiri riwayatnya, entah dengan alasan apa.

Bulan Oktober tahun ini, Kompasiana menginjak umur 9 tahun. Dibandingkan penulis-penulis lain yang lebih senior dan mengawali karir tulisannya sejak Kompasiana berdiri, saya termasuk anak bawang karena baru masuk 4 tahun setelah Kompasiana unjuk gigi. Dari segi kualitas tulisan, jika Kompasiana itu sebuah sekolah, maka tulisan saya masih berada di kelas Taman Kanak-Kanak. Masih kalah jauh dengan mereka yang sudah lulus dari Kompasiana dan berhasil menerbitkan buku sendiri, atau minimal sering mengisi rubrik dan kolom khusus di media ternama. Satu-satunya kebanggaan yang bisa saya bawa dari hasil tulisan saya di Kompasiana hanyalah ketika beberapa kali berkesempatan tampil di acara talkshow Kompasiana TV.

Saya mengawali karir tulisan di Kompasiana melalui rubrik Sepakbola. Tahun 2012, sepakbola Indonesia berada dalam titik nadir terendah dan memasuki fase Revolusi PSSI. Diturunkannya Nurdin Halid dari jabatan Ketua Umum PSSI tidak membuat sepakbola Indonesia bertambah baik, namun justru makin memburuk, yang ditandai dengan terpecahnya PSSI menjadi dua kubu yang saling mengklaim keabsahannya, antara PSSI dan kelompok yang menyebut diri sebagai Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). Kisruh sepakbola nasional berlangsung hampir satu tahun lamanya. Dan selama rentang waktu itulah perlahan tulisan-tulisan saya yang banyak menganalisa kisruh sepakbola nasional berhasil mencuri perhatian. Ibaratnya, saya berhasil membuat personal branding melalui apa yang saya tulis di Kompasiana kanal sepakbola.

Tahun 2015, saya berkenalan dengan Kompasiana TV. Karena lahir dari paltform blog bersama, Kompasiana TV pun mengusung konsep yang sama, yakni platform broadcast bersama. Yang mana beberapa penulis aktif kompasiana diundang dan bergabung melalui teleconference untuk berinteraksi dalam satu siaran langsung. 

Anehnya, meski sering menulis di kanal Sepakbola, undangan ikut talkshow pertama kalinya di Kompasiana TV justru bukan bertema sepakbola. Melainkan tentang olahraga malam! Awalnya saya gugup, takut terjadi kesalahan saat saya dimintai komentar yang disiarkan langsung, karena terus terang tidak memahami tema yang sedang diangkat Kompasiana TV saat itu. Tapi saya nekat saja mengiyakan undangan tersebut. Kapan lagi bisa ikut siaran televisi secara resmi meski hanya lewat hubungan jarak jauh. 

Semenjak Kompasiana TV hadir, setidaknya empat kali saya diundang untuk ikut talkshow jarak jauh, atau bahasa kekiniannya "Hang Out Bersama Kompasiana TV". Pada undangan kedua, temanya sesuai dengan apa yang saya kuasai, yakni tentang kisruh PSSI, dimana saat itu Menpora Imam Nahrawi mengancam untuk membekukan PSSI pimpinan La Nyalla Matalitti. Undangan ketiga dari Kompasiana TV dengan sangat menyesal tidak bisa saya ikuti karena waktunya di bulan Ramadhan, dan siaran langsungnya bertepatan dengan waktu shalat Tarawih. 

Kali keempat saya diundang Kompasiana TV adalah ketika saya sedang berada di Papua. Setelah sekian lama aktif menulis tentang sepakbola, saya menjajal kemampuan untuk menulis tema lainnya. Kebetulan di bulan-bulan akhir tahun saya ditugaskan institusi tempat kerja untuk bepergian ke luar pulau. Kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk menuliskan potensi-potensi wisata yang ada di daerah yang saya singgahi. 

Mungkin waktu itu redaksi Kompasiana TV sempat membaca artikel-artikel wisata saya di kompasiana, sehingga tema yang diangkat ketika saya diundang ikut talkshow jarak jauh adalah tentang Travel Writer. Namun, kesempatan untuk ikut berkomentar tentang Travel Writer harus buyar gara-gara kendala jaringan internet yang tidak stabil.

Itulah saat-saat terakhir saya bersama Kompasiana TV. Karena berbagai kesibukan, selama tahun 2016 saya jarang aktif menulis di kompasiana, cuma menghasilkan 26 artikel saja. Tak heran saya pun ketinggalan berita seputar Kompasiana, terutama Kompasiana TV. Dan ketika bertemu seorang Kompasianer senior, mas Agung Soni di Denpasar, saya mendengar kabar Kompasiana TV sudah berhenti tayang. Gosip yang beredar di kalangan Kompasianer kala itu, Kompasiana TV dihentikan tayangannya gegara rating yang tidak memuaskan. 

Jika gosip itu benar adanya, bagi saya ini adalah sebuah paradoks tersendiri bagi Kompasiana. Media platform blog bersama ini mengusung idealisme yang tinggi. Di kompasiana, senioritas bukan jaminan utama. Nama besar penulis juga bisa bernilai kecil. Yang utama adalah aktualitas tema tulisan, dan impact/pengaruh tulisan tersebut bagi pembaca. Maka, ketika Kompasiana membuat Kompasiana TV sebagai nilai pembeda dengan media lainnya, seharusnya idealisme ini tetap dipertahankan, dan tidak boleh kalah oleh sebuah penilaian rating semata.

Kompasiana boleh jadi salah satu pioner bagi media platform blog bersama. Tapi seiring perkembangan media dan sosial, banyak bermunculan platform blog lainnya yang mirip dan mengacu pada standar dari Kompasiana. Dan Kompasiana TV lah yang seharusnya bisa dijadikan nilai lebih bagi para penulis dan pembaca Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun