Hari ini kembali wasit jadi bulan-bulanan pemain di pertandingan sepakbola Indonesia. Baik itu di IPL (Persiraja vs Persema Malang) ataupun di ISL (PSMS Medan vs Persib Bandung). Entah sampai kapan pemain sepakbola kita sadar dan menghormati sepenuhnya apapun keputusan wasit dilapangan. Dan entah sampai kapan wasit sepakbola Indonesia bisa bersikap lebih tegas, tak takut akan intimidasi penonton maupun tim tuan rumah. Mungkin saja, aksi kekerasan yang dilakukan pemain sepakbola Indonesia terhadap wasit timbul karena kurangnya rasa hormat pada sosok pengadil lapangan hijau tersebut. Atau mungkin juga karena waktu kecil ketika mereka masih belajar di sekolah sepak bola tidak diajarkan untuk bersikap santun dan menghormati wasit. Nah, omong-omong tentang sekolah sepakbola, sore hari tadi (17/6) dilangsungkan final Aqua-Danone Nations Cup 2012 di GOR Soemantri Brojonegoro, Jakarta. SSB Muara Cunda dari Nangroe Aceh Darussalam berhasil meraih gelar juara setelah mengalahkan tim SSB Mabar Putra dari Sumatera Utara lewat adu penalti. Dengan demikian, tim SSB Muara Cunda berhak mewakili Indonesia dalam Danone Nations Cup 2012 di National Stadium di Kota Warsawa, Polandia, untuk berlaga dengan 40 tim nasional negara lainnya pada 6-9 September mendatang. Ada sebuah peristiwa menarik disela-sela dan mungkin juga diseluruh pertandingan antar tim SSB se-Indonesia ini. Yaitu ritual mencium tangan wasit sebelum bertanding. Karena pada dasarnya yang bertanding adalah anak-anak, mungkin mereka diwajibkan melakukan ritual tersebut sebagai bentuk penghormatan pada pemimpin pertandingan, dan juga pada sosok orang tua. [caption id="attachment_183130" align="alignnone" width="630" caption="cium tangan wasit sebelum bertanding (dok. FDSI)"][/caption] Ritual mencium tangan wasit rupanya sudah diwajibkan oleh panitia Danone Cup sejak tahun lalu. Bahkan menurut penuturan salah satu panitia, ketika berlaga di Afrika Selatan tim SSB Indonesia menjadi perhatian media karena ritual unik ini. Sebagai negara yang masih menjunjung tinggi adat ke-timurannya, ritual mencium tangan orang yang lebih tua memang masih kental nuansanya di Indonesia. Tak heran bintang sepakbola Manchester United Rio Ferdinand kagum dengan budaya cium tangan ini. "Saya kaget, karena ini sesuatu yang baru. Saya beruntung ke Indonesia, karena bisa menyaksikan adat unik ini, mungkin anak-anakku bisa juga dilatih seperti itu," kata Rio ketika mengunjungi Jakarta bulan Juni 2011. Mengajarkan adat sopan santun sejak dini memang sangat diperlukan. Supaya jika pesepakbola belia ini sudah besar dan menjadi pesepakbola profesional nanti, mereka akan selalu menghormati wasit apapun keputusannya di lapangan hijau. Benak mereka akan selalu teringat moment saat masih di SSB dulu mereka selalu mencium tangan wasit, sebagai bentuk penghormatan pada orang yang lebih tua dan dituakan sebagai pemimpin pertandingan. Mungkin sebaiknya ritual cium tangan wasit ini bisa dipraktekkan di setiap pertandingan sepakbola, khususnya di Indonesia. Apalagi FIFA juga sudah meluncurkan kampanye "Handshake for Peace", sebagai bentuk perdamaian dan mengurangi angka kekerasan dalam setiap pertandingan sepakbola. Dengan mencium tangan wasit, diharapkan setiap pemain bisa terbentuk rasa hormatnya pada perangkat pertandingan, dan tidak lagi melakukan aksi kekerasan maupun pelecehan pada sang pengadil lapangan hijau tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H