Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Jonan, Jangan Paksa Penumpang AKAP Naik/Turun Di Terminal Mengwi

29 Desember 2014   23:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:06 1860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kunjungannya ke Terminal Mengwi, Badung Bali, Menteri Perhubungan Ignatius Jonan menggelengkan kepala tanda heran kenapa terminal bis paling megah dan mewah se Bali tersebut tampak sepi. Terminal Mengwi, yang merupakan terminal Tipe A, merupakan peralihan dari terminal Ubung di Denpasar yang turun kelas. Selama ini, para penumpang bis AKAP dari dan menuju ke Bali selalu menggunakan terminal Ubung sebagai tempat pemberhentian/pemberangkatan.

Menteri Jonan mengaku tak habis pikir, mengapa tak ada satupun armada bus yang mau singgah ke terminal Mengwi. "Saya heran, terminalnya bagus tetapi sepi. Sebenarnya apa yang membuat sejumlah bus atau penumpang enggan turun ke sini?" tanyanya seperti dilansir dari tribunnews.

Sebagai penumpang yang biasa menggunakan angkutan bis AKAP di Bali, saya melihat memang seakan tidak ada kajian dari pemerintah ketika hendak membangun terminal Mengwi ini. Perlu diketahui, terminal Mengwi terletak di Kabupaten Badung. Jarak antara terminal Mengwi dengan terminal Ubung pun lumayan jauh, sekitar 45 menit perjalanan jika lalulintas lancar. Padahal, sebagian besar, kalau boleh dibilang hampir semua penumpang AKAP dari dan menuju Bali tujuan akhirnya adalah Denpasar. Hanya ada beberapa bis yang bertrayek lanjut ke Mataram.

Apalagi, ditambah pelayanan angkutan penunjang yang tidak nyaman dan representative. Jika harus turun di Mengwi, penumpang harus melanjutkan perjalanannya dengan naik angkot. Sekali jalan, para penumpang harus membayar Rp. 15.000. Sudah begitu, para penumpang pun kadang diperlakukan sangat tidak layak. Dijejal-jejalkan padahal kapasitas angkotnya tidak memenuhi. Atau jika lagi sepi, terpaksa para penumpang harus menunggu sampai penuh, yang mana bisa memakan waktu berjam-jam, tergantung bis AKAP yang datang. Para sopir angkot beralasan hal itu untuk mengejar setoran, karena tidak setiap hari mereka bisa mengangkut penumpang di Mengwi.

Layanan taksi pun sama saja. Jika penumpang tidak mengerti harga, bisa-bisa mereka dikelabui oleh para sopir taksi. Saya pun pernah mengalami hal tersebut. Ketika itu, saya ditawari naik taksi, dari Mengwi ke Ubung dengan harga paket (tanpa Argo) senilai Rp. 100.000. Saya mengelak, dan meminta taksi tersebut memasang argo saja. Dan benar, setelah di terminal Ubung, argo taksi hanya menunjukkan harga Rp.60.000 saja!

Ditambah dengan perlakuan petugas dishub yang terkesan memaksa para penumpang untuk turun di terminal Mengwi. Petugas dishub bahkan sampai naik ke dalam bus, dan dengan sikap tak sopan sering meminta penumpang yang ada di bis untuk turun. Kalau tidak ada yang mau turun, sopir dan kernet bis tidak diijinkan untuk melanjutkan perjalanan. Bahkan, jika ada penumpang yang beralasan ingin ikut turun di garasi bis (suatu hal yang lumrah di daerah lain), petugas Dishub tak mengijinkan dan tetap memaksa untuk turun di Mengwi.

Dus, karena layanan yang tidak maksimal dari terminal Mengwi itulah hingga kini banyak penumpang yang memilih untuk turun di terminal Ubung. Sikap ini pun didukung oleh armada bis itu sendiri. Bahkan kadang sopir, kernet dan penumpang seakan bersekongkol untuk bisa mengelabui petugas Dishub yang berjaga di depan pintu masuk terminal Mengwi. Ada yang terang-terangan menyuap untuk bisa diijinkan langsung ke terminal Ubung, ada pula yang minta diakui sebagai saudara dari sang sopir/kernet bis agar tidak usah diturunkan di terminal Mengwi.

Jadi, sebelum pihak Dishub dan Pemkab Badung meminta kesadaran armada bis serta para penumpang untuk mau turun/naik di terminal Mengwi, seyogyanya fasilitas penunjang di terminal tersebut dibenahi. Terutama untuk angkutan pengantar (shuttle bus) dari Mengwi ke Ubung dan sebaliknya. Dengan harga yang murah dan angkutan yang nyaman (tak perlu menunggu dan berjejalan), saya yakin, para penumpang lambat laun akan sadar dan tidak keberatan untuk naik/turun di terminal Mengwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun