Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Renungan Hari Kartini: "Ketika Hati Nurani Perempuan Dipertanyakan.."

22 April 2015   15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14297034121285890365

Pelan tapi pasti, wanita mulai menanjak naik menapaki tangga-tangga kesuksesan meraih impian. Wanita yang dulunya hanya berdiam diri di rumah mengurus pekerjaan rumah tangga atau sesekali bergosip dengan tetangga untuk mengusir kebosanan, di jaman sekarang sudah bisa merasakan sibuknya siklus kerja dunia perkantoran.

Dalam hal pengelolaan finansial keluarga pun, wanita yang tadinya hanya berperan sebagai pihak yang taunya hanya menyimpan dan membelanjakan uang, sekarang sudah bisa ikut menafkahi keluarga. Pilihan profesinya pun beragam. Mau concern di sektor ekonomi, bisnis, politik, seni dan budaya, pendidikan, hankam, kesehatan, pertambangan, dan lain-lain, wanita tinggal pilih.

Ini tentu membanggakan. Rasa syukur, salut, dan terima kasih yang tak terhingga atas keberhasilan perjuangan para pahlawan wanita kita mengubah nasib kaum hawa di Indonesia, bermula dari suramnya masa penjajahan. Salah satu di antaranya, Raden Ajeng Kartini. Seorang tokoh perempuan Indonesia yang berani memperjuangkan hak wanita untuk memperoleh pendidikan, sejajar dengan kaum pria.

Tanpa Ibu Kartini, kira-kira bagaimana nasib dan tingkah wanita Indonesia? Keadaannya mungkin akan jauh berbeda dengan realita saat ini. Kita belum tentu bisa sepuasnya shopping ke mall, nongkrong dengan teman-teman, nonton konser musik, membeli branded fashion items impian, ataupun travelling keliling dunia.

Mungkin pula saat ini kita sedang dipingit. Seperti cerita nenek saya yang dulunya sempat mencicipi pahitnya hidup di jaman penjajahan Belanda dan Jepang, "Dulu itu perempuan taunya di rumah aja, nggak boleh keluar sekalipun. Kalau ketahuan keluar rumah, bisa dihukum habis-habisan sama orang tua. Hukumannya nggak tanggung-tanggung, dicambuk pakai rotan atau disuruh mengunyah cabe rawit.." (Kejamnya minta ampun..)

Senangnya menjadi wanita Indonesia jaman sekarang. Bisa sekolah setinggi-tingginya, bahkan sampai meraih gelar profesor. Bisa ikut berkecimpung di dunia politik. Bisa eksis berkarier ke luar negeri. Bisa bebas menyalurkan pendapat tanpa takut ada intervensi dari pihak manapun. Bisa bebas bercanda dan tertawa. Intinya, bisa menghirup udara kebebasan. Bisa menikmati segala macam fasilitas yang memanjakan, seiring laju modernitas teknologi yang semakin melaju pesat.

Pertanyaan-pertanyaan kecil kemudian muncul, mungkin sepele, tapi cukup mampu membuat siapapun yang merasa sebagai pemerhati wanita terusik..

"Di era kebebasan ini, masihkah wanita memiliki hati nurani?"

Hati nurani yang dimaksud di sini adalah adanya dorongan dari dalam kalbu untuk tetap peduli dengan sesamanya.

Pertanyaan ini muncul bukannya tanpa alasan. Mungkin saja karena terlena dan merasa sudah di atas angin, wanita lupa akan perannya untuk membela kaumnya sendiri, meng-"underestimate" atau malah memperlakukan sesama wanita tanpa penghargaan sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun