Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Filosofi Kopi: Refleksi Hidup dari Secangkir Kopi

9 April 2015   18:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:19 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14285798491033989897

[caption id="attachment_408970" align="aligncenter" width="300" caption="Filosofi Kopi, a very recommended movie.. (dok. pribadi)"][/caption]

Setelah sukses mengantarkan "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" meraih Piala Citra untuk Kategori Film Terbaik di tahun 2014, kali ini sineas berbakat Angga Dwimas Sasongko hadir lagi dengan karya yang lebih fresh, "Filosofi Kopi". Diadaptasi dari sebuah cerpen karangan Dewi "Dee" Lestari yang dimuat dalam novel berjudul sama, film yang diproduseri Anggia Kharisma dan Handoko Hendroyono (Visinema Pictures) ini menyajikan sesuatu yang beda, yaitu menjadikan kopi sebagai inti cerita.

Kopi, yang selama ini kita kenal sebagai minuman sehari-hari masyarakat Indonesia, yang terkenal akan rasa dan aroma yang khas, ternyata punya filosofinya sendiri.

Teman-teman pembaca setia karya Dewi "Dee" Lestari tentu tau kepiawaian sang novelis meracik cerita. Karakterisasi kuat dengan background persahabatan yang dibumbui sedikit cinta menjadikan kisah ini menarik. Jenny Jusuf selaku scriptwriter menjadikan ceritanya lebih easy to understand. Ditambah dengan keterlibatan Glenn Fredly sebagai music director, film ini menjadi semakin asyik.

Kisah berawal dari sebuah kedai kopi yang dirintis oleh dua sahabat, Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto). Keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang. Ben cenderung nyentrik dan meledak-ledak, sementara Jody lebih tenang dan terkontrol. Perbedaan ini nggak jarang memunculkan konflik-konflik kecil di antara keduanya. Jody kerap dibuat pusing oleh ulah Ben, lantaran sahabatnya ini sering bertindak di luar dugaan, bahkan kadang terkesan kurang logis. Ben pun kadang suka dibuat kesal karena sikap Jody yang terlalu perhitungan dan rada pelit, apalagi menyangkut soal keuangan.

Kedai kopinya diberi nama unik, "Filosofi Kopi". Pemberian nama ini bukan tanpa alasan. Menurut Ben, selalu ada cerita di balik secangkir kopi. Misalnya, Kopi Tubruk yang bermakna lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam. Lain lagi dengan Cappucino, yang bermakna kelembutan dan keindahan. Makna di balik secangkir kopi itu dituangkan Ben dalam selembar kartu kecil yang akan diberikan pada pengunjung sesuai dengan jenis kopi yang mereka pesan.

Dalam mengelola bisnis ini, keduanya punya tugas sendiri-sendiri, sesuai dengan skill yang mereka miliki. Ben, yang memang piawai meracik kopi dan sangat paham teknik-teknik pembuatan kopi sehari-harinya menjalankan peran sebagai barista di kedai kopi ini. Sementara Jody, sang sahabat, lebih banyak mengurusi masalah finansial dan manajemennya.

Biasanya, selalu ada saja masalah yang menghambat sebuah usaha. Masalah Filosofi Kopi adalah hutang sebesar 800 juta rupiah, yang merupakan peninggalan mendiang ayah Jody semasa hidupnya.

Karena terus merasa terbebani oleh hutang ayahnya, perhitungan demi perhitungan dilakukan Jody, termasuk pemangkasan biaya di sana-sini, juga pengurangan stock dan kualitas bahan baku, agar pengeluaran kas Filosofi Kopi tidak membludak, dan pemasukan semakin banyak. Ben yang tetap konsisten ingin menyajikan menu kopi yang enak dan selalu mampu memuaskan pengunjung pastinya nggak terima dengan ide Jody.

Suatu hari, datang seorang pengusaha kaya menantang Ben untuk membuat kopi paling enak sedunia. Pengusaha ini menawarkan imbalan uang 1 miliar rupiah jika Ben berhasil memenuhi tantangannya. Jika gagal, Filosofi Kopi-lah yang wajib membayar seharga nominal tersebut. Merasa ditantang, Ben pun menerima tawaran tersebut. Jody merasa tindakan Ben semakin nggak masuk akal. Bagaimana jika Ben gagal? Di mana mereka harus mencari uang sebanyak itu? Bagaimana dengan hutang ayahnya yang belum juga lunas? Masalah semakin bertumpuk. Jody semakin pusing.

"Gue nggak pernah bercanda soal kopi..", itu ungkapan yang selalu didengungkan Ben. Ajaib! Seolah membuktikan ucapannya, Ben berhasil menemukan formula yang tepat untuk menjawab tantangan pengusaha tersebut. Dari eksperimen Ben, lahirlah "Perfecto", yang memiliki makna "Sukses adalah Wujud Kesempurnaan Hidup".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun