[caption id="" align="aligncenter" width="572" caption="Wedding Ring and Flower as Symbols of Marriage | Foto: weddingphotographymagazine.com"][/caption] Pernikahan. Topik ini seakan tak ada habisnya untuk dibahas. Bagi sebagian orang yang belum menikah, mungkin sudah gerah ditanyai soal kapan menikah oleh keluarga, tetangga, ataupun teman-teman. "Kenapa sih, nanyain nikah melulu? Apa ngga ada hal lain yang lebih penting untuk dibahas?". Mungkin begitu kata-kata yang ingin dilontarkan, saking kesalnya pada mulut-mulut usil yang terlalu ingin tau urusan orang dan terlalu pusing mikirin kita udah nikah apa belum. Â Ya udah deh..kalo gini, mending ngurut dada aja, tapi sambil sibuk ngomel dalam hati. "Emang kenapa kalo aku belum nikah? Pusing amat sih.." Ehm.. Kalau ingin disikapi dengan bijak, tanggapan-tanggapan ataupun pertanyaan-pertanyaan itu sebaiknya tidak harus dimasukkan dalam hati. Ambil positifnya saja, dan anggap bahwa mereka bertanya bukan karena gila urusan, tapi semata-mata karena mereka care sama kita. Sebenarnya dulu waktu belum menikah pun, aku sering sekali mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu, dari berbagai pihak. Kesal dan bimbang mungkin ada. Tapi aku pikir, mau dipaksakan bagaimanapun, urusan jodoh itu sepenuhnya tetap berada di tangan Allah. Jadi, aku jalani saja semua aktivitas seperti biasanya. Sibuk mengejar cita-cita, hingga akhirnya lupa bila ternyata memiliki seorang pendamping itu sangat perlu. Cenderung cuek, tapi kadang merasa tertegur juga kalau ada lagi yang iseng nanyain, "Kapan Nikah?", atau "Udah punya calon mantu belom buat mamamu?".. Hehehe.. Pusing sih, tapi jawabanku saat itu hanya, "Mohon doanya aja yaa.. Semoga jalanku untuk ketemu jodoh dimudahkan Allah.." Alhasil, semakin banyak yang bertanya, semakin banyak pula yang meng-Aamiin-kan doaku. Hingga tibalah aku pada hari di mana Allah mempertemukanku dengan jodohku. Mungkin karena kekuatan doa dari banyak pihak, proses pertemuan sampai lamaran hingga akhirnya aku menikah dengan suamiku tidak membutuhkan waktu panjang. Cukup rumit, sempat terganjal aral, penuh liku, tapi Alhamdulillah semua hal-ihwalnya dimudahkan oleh Allah. Rentang waktunya pun boleh dikata cukup singkat. Kenalan di bulan Februari, berlanjut pinangan di bulan April, dan menikah di bulan Juni. Semuanya berlangsung pada tahun yang sama, 2014. Ehm.. Kadang dalam diam aku merenung, kenapa ya bisa secepat itu aku berganti status dari single jadi married? Jawaban yang aku peroleh kemudian adalah.. Begitulah jika Allah sudah berkehendak.. Semua yang terjadi di dunia ini adalah misteri yang tak pernah lepas dari campur tangan-Nya. Jauh sebelum kita mulai sibuk bertanya-tanya dalam hati, Allah sudah lebih dulu tau jawabannya. Begitupun dengan jodoh, percayalah bahwa Allah sudah punya skenario menarik untuk masing-masing kita. Tinggal tunggu saja tanggal mainnya, sambil tetap berdoa dan berdoa tanpa bosan. Menikah? Apa enaknya sih menikah? Bukankah menikah hanya sebatas menghalalkan hubungan dua insan yang saling mencintai? (Kalau dipikir-pikir, jika memang dulu sedangkal ini aku memandang sebuah pernikahan, artinya aku mengabaikan keberadaanku di dunia ini.. Bukankah sudah jelas telah ditunjukkan oleh Nenek dan Kakek, Mama dan Bapak, bagaimana sehari-harinya mereka memelihara dan memupuk cinta dalam pernikahan mereka? Bukankah aku adalah juga merupakan produk yang lahir dari kasih dan sayang yang telah mereka jalin dari sebuah pernikahan?) Memang sih, usia pernikahanku saat ini masih seumur jagung. Belum banyak yang bisa aku share ke teman-teman seusiaku tentang makna sebuah pernikahan. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada yang bisa aku ceritakan. Paling tidak, sejauh ini aku merasakan begitu banyak manfaat dan nilai-nilai penting yang aku dapatkan setelah menikah, dan semua itulah yang selalu aku resapi dalam-dalam setiap harinya, agar aku makin semangat melangkah bersama pasangan hidupku dalam menggapai tujuan mulia yang kami cita-citakan. Menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke harinya. Berdasarkan pengalaman pribadi, inilah beberapa hal positif dan manfaat yang sejauh ini telah kudapatkan setelah menikah. Sederhana, namun berkesan..
• A real bestfriend, a real partner in love and life, a real place to share anything. Menikah berarti kita telah memiliki pasangan hidup yang senantiasa menemani kita menjalani hari, melakukan hal-hal seru dan hobi bersama-sama, siap menghibur kita kapan saja. Kita jadi punya tempat untuk berbagi banyak hal, menceritakan ide-ide yang ada di kepala kita sebebas-bebasnya tanpa perlu merasa malu.
• Sebuah ketenangan hidup. Berkat kehadiran pasangan sebagai tempat untuk berbagi dan berkeluh-kesah, kita tak perlu susah-payah menanggung masalah sendirian. Ada pasangan kita yang akan siap menjadi tempat curhat 24 jam non-stop yang tentunya juga akan membantu kita mencari solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Hasilnya, kita pun jadi lebih tenang.
• Ruang belajar toleransi. Setiap manusia punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, begitupun kita dan pasangan. Dalam pernikahan, kita benar-benar dituntut untuk lebih memahami tabiat dan kebiasaan pasangan kita. Tak jarang akan terjadi pertengkaran karena sulitnya menyatukan dua kepala dengan pemikiran dan latar belakang yang berbeda. Positifnya, jika kita memandang suatu pertengkaran sebagai wadah untuk saling mengenal karakter dan pribadi masing-masing, ke depannya kita akan jadi lebih mampu untuk saling menerima dan memahami.
• Tanggung jawab. Karena menikah adalah sebuah keputusan bersama, maka kita pun belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap diri kita, pasangan, dan seluruh anggota keluarga. Ini mungkin agak sulit, tapi insya Allah akan terasah seiring waktu dan bertambahnya pengalaman. Harus kuakui, akupun tengah belajar akan ini.
• Visi dan misi yang lebih jelas dan terarah. Penyatuan dua ide dan cita-cita, terformat dalam satu bingkai yang kita rangkai bersama pasangan. Bukankah itu indah?
• Terhindar dari fitnah. Beberapa hari lalu, dalam satu program TV, Rina Gunawan (MC dan Wedding Organizer) mengungkapkan hal ini. Penjabaran alasannya bisa kita pikirkan sendiri. Yaa..memang benar sih.. Menikah pastinya lebih menjamin masuk dan berkembangnya hal-hal positif bagi kita (termasuk omongan pihak-pihak di sekitar), ketimbang terus-menerus berkutat dalam suatu hubungan yang tak jelas arahnya.
• Anggota keluarga baru. Banyak yang mengatakan, menikah itu bukan hanya menyatukan dua orang saja dalam satu bahtera rumah tangga, tapi seluruh anggota keluarga kita pun akan turut mewarnai hari-hari kita selama menikah. Dari pernikahan pun, lahir generasi-generasi penerus yang kelak akan menjadi kebanggaan keluarga.
• Warna baru. Menikah tentu saja akan mengubah pola hidup kita. Semua bergantung sejauh mana kita dan pasangan bisa saling mempengaruhi. Setiap harinya, hidup kita akan diisi dengan keceriaan dan keseruan baru yang diharapkan dapat membawa kita ke arah perubahan yang lebih baik dan membahagiakan.
Sebenarnya masih sangat banyak yang ingin kuungkapkan lewat judul ini, beberapa yang lain masih berupa renungan. Maklum, aku juga masih awam soal nikah. Ini bukanlah lagi sekedar teori belaka, di sinilah wadah aplikasi praktikalnya. Masih banyak hal yang harus kupelajari untuk menjadi seorang istri yang baik bagi suami. Point pentingnya, getting married is definitely better. Sure.. Thanks... Semoga tulisan ini bisa membawa manfaat bagi kita semua, semoga bisa menjadi motivasi dan spirit baru bagi siapapun yang membacanya.. Bagi teman-teman yang tengah memikirkan, meniatkan ataupun mempersiapkan sebuah pernikahan, semoga Allah melancarkan setiap prosesinya. Insya Allah dengan niat yang baik dan sungguh-sungguh, doa-doa kita akan didengar oleh Allah SWT. Aamiin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H