Mohon tunggu...
Andi Primaretha
Andi Primaretha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\nEducator and Search & Social Strategist\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hegemoni Media

6 November 2009   05:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:25 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengaruh media terhadap kehidupan masyarakat pada saat ini jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Tidak hanya dalam skala jumlah media yang bertambah pesat namun dari segi kualitas media yang semakin cerdas dalam menampilkan pesan-pesan tertentu yang dikemas secara kreatif. Akibatnya, para pemirsa semakin nyaman dengan sajian yang dihidangkan oleh media atau mungkin secara tidak sadar sudah menjadi ketagihan. Hal ini menandakan bahwa manusia pada zaman ini tidak bias lepas dari cengkraman kekuatan media yang mempengaruhi dan lebih jauh lagi menentukan bagaimana seharusnya kita hidup di dunia ini. Media dalam pandangan saya adalah sebuah alat produksi budaya yang dihasilkan dari ideologi tertentu guna menjajah pikiran masyarakat untuk serta merta mengikuti budaya yang disematkan melalui media.

Keadaan tersebut dengan serta merta dimanfaatkan oleh para pemilik modal (baca:kapitalis) guna membentuk realitas kepada masyarakat sesuai yang mereka inginkan. Disini tampak bahwa hegemoni barat memiliki kekuasaan terhadap kehidupan masyarakat kita secara luas yang kebanyakan memegang adat ketimuran. Dampak tersebut dapat mudah kita temui di masyarakat seperti bagaimana masyarakat cenderung untuk selalu mengikuti trend berbusana sama seperti apa yang sering ditampilkan oleh media saat ini. Permasalahan tidak hanya berhenti pada persoalan berbusana namun menjadi kian memperihatinkan apabila nilai-nilai dan moral ketimuran yang selama ini kita pegang telah bergerser akibat konstruksi pesan-pesan media yang berada dibawah kekuasaan hegemoni kapitalis. Sungguh, masyarakat saat ini membutuhkan konsumsi media yang mampu mencerdaskan akal sehat bukan malah mengkerdilkanya dengan praktik-praktik media yang saat ini kian mudah dijumpai.

Para pengusaha media saat ini seharusnya lebih mementingkan kata hati nurani mereka dibanding menyerah terhadap mekanisme kekuatan pasar. Memang saat ini media berlomba-lomba untuk tidak hanya sekedar memberikan sebuah berita karena saat ini para pemilik media berusaha melayani para pembaca/pendengarnya dengan sebuah hiburan yang menyegarkan, sebuah hiburan yang mampu membawa para pembaca/pendengarnya untuk lari dari kenyataan hidup yang sulit dan menyengsarakan. Namun, disadari atau tidak, hiburan berita yang memberikan imajinasi-imajinasi tertentu kepada khalayaknya tersebut malah membuat mereka semakin terjerumus dan kehilangan arah akan arti kehidupan ini.

Nah, sudah saatnya masyarakat kita dituntut untuk lebih melek media (Media Literate) guna bisa menyaring segala bentuk pesan-pesan yang hendak dikonstruksikan dan dibenamkan di dalam pikiran kita. Kuncinya berada pada budaya masyarakat kita yang tidak harus berpendidikan tinggi namun memiliki kesadaran untuk menunutut ilmu dimana saja karena masyarakat yang cerdas akan memiliki kemampuan untuk kritis terhadap informasi dan peristiwa yang dihadapi sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun