Mohon tunggu...
Rienta Primaputri
Rienta Primaputri Mohon Tunggu... Konsultan - Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Seorang pengamat muda yang menggemari isu internasional dan gerakan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penobatan Wonder Woman sebagai Duta PBB Menuai Protes

24 Oktober 2016   18:42 Diperbarui: 24 Oktober 2016   18:56 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pihak yang mengkritik dan mengecam penobatan sosok fiksi Wonder Woman sebagai Duta PBB. Source Image: The Guardian, Bebeto Matthews/AP

Melalui website resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa, baru saja mereka mengumumkan akan terpilihnya sosok fiksi Wonder Woman sebagai duta kehormatan untuk melawan ketidaksetaraan gender. Karakter Wonder Woman dinilai memiliki representasi atas komitmen terhadap keadilan perdamaian dan kesetaraan. Menurut Cristina Gallach selaku Wakil Sekretaris Jendral PBB mengaku Wonder Woman sebagai sebuah ikon yang dapat menjangkau audiens baru dengan pesan-pesan penting mengenai pemberdayaan dan persamaan.

Sebagian pejabat PBB meyakini bahwa dengan pemilihan pahlawan bukukomik dan karakter film ini dapat menarik perempuan-perempuan muda dalam kampanye untuk pemberdayaan perempuan dengan mengusung slogan kampanye, Bayangkan semua keajaiban yang dapat kita hasilkan dalam bahasa inggrisnya “Think of all the wonders we can do”.

Namun seiring dengan penobatan yang disahkan dengan upacara resmi di ruangan dewan ECOSOC pada hari Minggu (23/10), terdapat berbagai penolakan keras dari sebagian pejabat PBB. Hampir 1000 orang sudah menandatangani petisi daring yang meminta sekjen PBB Ban Ki-Moon untuk mempertimbangkan kembali pilihan tokoh Wonder Woman tersebut. Penolakan ini melandaskan argumen bahwa perempuan berhak mendapatkan duta yang nyata.

Pemilihan sosok fiksi Wonder Woman dianggap kurang tepat untuk perwakilan pejuang perempuan yang kuat dan independen, karena wonder woman dinilai lebih condong kepada “Imperialism Budaya Pop” yang tergolong dari budaya barat yang banyak penekanan seksualisasi dengan dada besar dan kulit putih dengan pakaian selalu minim dan paha tidak tertutup.

Pada saat proses penobatan ini mereka yang tidak setuju dengan hasil keputusan ini berdiri membelakangi meja rapat dengan mengangkat tangan kanan mereka sebagai bentuk penolakan. Sebagian dari meninggalkan ruangan ditengah-tengah penobatan dan ada juga yang melakukan protes dengan memenuhi lobby membawa plakat yang berisikan penolakan terhadap karakter Wonder Woman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun