Baru-baru ini muncul rencanan penguburan mantan diktator Ferdinand Marcos di makam pahlawan Filipina oleh Mahkamah Agung Filipina dengan alasan Marcos dianggap sebagai mantan pemimpin dan tentara. Rencana pemakaman ini juga dapat dukungan oleh Presiden Rodrigo Duterte memakamkan mantan presiden kesepuluh Filipina di makam pahlawan.
Namun rencana pemakaman ini banyak mendapatkan pertentangan dari kelompok hak asasi manusia dan politisi, termaksud Wakil Presiden Leni Robredo dan senator sekutu mantan presiden Benigno Aquino. Belum jelas kenapa mahkamah itu mengeluarkan perintah pemakaman tersebut.
Ferdinand Marcos dikenal sebagai pemimpin diktator yang sudah merampok uang rakyat sebesar 5-20 miliar dolar AS yang setara dengan Rp. 5-10 triliun. Dia terpilih menjadi presiden pada tahun 1966 dan akhirnya digulingkan setelah 14 tahun menjabat. Pada 1986, Marcos digulingkan dalam revolusi “People power” yang akhirnya dia melarikan diri ke Hawai. Dia meninggal tiga tahun setelah pergulingan ini pada tahun 1989. Selama dia menjabat sebagai presiden, dia sering mengangkat keluarganya dan rekan-rekan dalam jabatan-jabatan strategis agar mempermudah dirinya melakukan pencucian uang dan korupsi.
Pada masa itu Istrinya Imelda Marcos diangkat secara sepihak sebagai Gubernur Manila yang merangkap sebagai Menteri Perumahan Rakyat dan Ekologi. Imelda terkenal dengan gaya hidupnya yang boros dengan mempunyai berjuta koleksi sepatu dan perhiasan mewah hingga acap kali melakukan perjalanan keluar negeri sebagai duta. Marcos juga terlibat dalam penembakan lawan politik terkuatanya saat itu, Beniqno Aquino. Peristiwa ini menjadi titik balik kejatuhan Marcos di Filipina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H