Mohon tunggu...
Rienta Primaputri
Rienta Primaputri Mohon Tunggu... Konsultan - Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Seorang pengamat muda yang menggemari isu internasional dan gerakan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Agenda Raja Salman di China

17 Maret 2017   13:35 Diperbarui: 17 Maret 2017   13:39 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Raja Arab Saudi Salman dengan Presiden China Xin Jingping. (Foto Reuters)

Setelah sebelumnya sempat melakukan lawatan selama 13 hari lamanya di Indonesia dan Jepang, kini Raja Salman beserta rombongan sedang berada di China. Terlansir Xinhua, China akan menjadi negara terakhir yang akan dikunjungi Raja Salman dalam Tur Asianya. Menilik dari sejarah perjalanan pemimpin-pemimpin Saudi, Tur Asia yang dilakukan oleh Raja Salman menjadi perjalanan luar negeri terlama dalam waktu sebulan penuh. 

Fokus kunjungan Raja Salman ke China masih sama dengan negara-negara sebelumnya yaitu kerjasama ekonomi untuk menggenjot reformasi di negaranya. Arab Saudi sudah berupaya meningkatkan penjualan minyak ke China yang merupakan pasar minyak terbesar kedua di dunia. Hal ini dilakukan karena Saudi sudah kehilangan pangsa pasar di Rusia pada tahun lalu. 

Tanda Tangan Kesepakatan Investasi Sebesar 65 Milliar dollar AS

Dalam hari kunjungan pertamanya ke China, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud disambut oleh Presiden Xi Jinping dalam upacara kenegaraan dengan prosesi inspeksi pasukan. Presiden Xi Jinping dalam sambutannya mengatakan bahwa China adalah pasar bagi ekspor minyak yang andal dan stabil. China dan negara Islam lainnya telah saling menghormati dan memiliki kerja sama yang menguntungkan kedua pihak (win win solution). 

Raja Salman pun menanggapi pernyataan Jinping dengan berpesan agar China dapat mengambil peran dalam kerja sama dengan Timur Tengah. Arab Saudi ingin bekerja keras dengan China untuk kampanyekan perdamaian global dan regional, keamanan dan kesejahteraan. Pertempuan kedua negara tersebut menghasilkan penandatanganan kerjasama sebesar USD 65 miliar atau sebesar Rp. 845 trilliun, nominal ini terbilang jauh lebih banyak dibandingkan dengan nilai investasi di Indonesia. 

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun