Teknologi pendidikan digital mengubah wajah pembelajaran. Pendekatan pedagogis memainkan peran kunci dalam memanfaatkan teknologi secara efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Generasi milenial akrab dengan teknologi digital dan mengharapkan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Mereka menghargai pendekatan pembelajaran yang personal dan berpusat pada kebutuhan masing-masing siswa. Sehingga Penting untuk mempersiapkan mereka dengan keterampilan digital yang diperlukan untuk sukses di abad ke-21. Memasuki abad ke-21 ini tuntutan dunia internasional terhadap tugas seorang guru sangat berat. Guru diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang bertumpu pada ada empat pilar belajar yang dianjurkan oleh komisi internasional UNESCO untuk pendidikan. Empat pilar tersebut yang pertama yaitu learning to know, artinya bahwa belajar untuk mengetahui atau mempelajari suatu pengetahuan secara mendalam. Kedua learning to do, merupakan belajar untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini seseorang belajar untuk dapat menggunakan pengetahuan dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga learning to be, dapat diartikan sebagai belajar untuk menjadi seseorang yang bermanfaat, dalam hal ini berarti bagaimana melalui pendidikan seseorang dapat belajar untuk menjadi manusia-manusia hebat. Keempat learning to life together, artinya bahwa belajar untuk dapat bertahan hidup bersama-sama untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hal tersebut, maka sudah dipastikan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan peserta didiknya, dengan demikian guru harus lebih kreatif lagi. Selain itu guru juga harus memahami bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan sehingga peserta didik dapat menerapkan nilai yang ada di masyarakat (Daryanto, 2019).
Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki guru di abad 21 ini menurut (Trilling & Fadel, 2009) yaitu (1) life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir) seperti mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan budaya produktivitas kepemimpinan serta tanggung jawab, (2) learning and Innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) seperti berpikir kritis, dapat mengatasi masalah, berkomunikasi dan berkolaborasi kreativitas dan informasi, (3) information media dan teknologi skills (keterampilan teknologi dan media informasi) dalam hal ini berarti kita semua harus memiliki literasi informasi literasi media dan literasi ICT.Â
Pendekatan pedagogis yang tradisional telah bergeser dengan hadirnya teknologi digital. Pembelajaran yang sebelumnya didominasi oleh metode pengajaran langsung oleh guru, kini telah bertransformasi menjadi lebih interaktif dan kolaboratif melalui teknologi. Blended learning, flipped classroom, dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) menjadi beberapa contoh pendekatan yang berkembang pesat dalam pendidikan digital. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan memungkinkan pembelajaran yang lebih personal dan mandiri (Bond et al., 2020). Teknologi juga memungkinkan para pendidik untuk memanfaatkan pembelajaran berbasis data, di mana data yang diperoleh dari platform digital digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan menyesuaikan strategi pengajaran secara lebih efektif. Dalam konteks ini, peran guru tidak lagi hanya sebagai penyampai materi, melainkan juga sebagai fasilitator yang mendukung proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Pergulatan tentang teknologi dan pedagogi menggambarkan sesuatu yang tampaknya tidak ada habisnya dalam menemukan suatu metode pengajaran/pembelajaran yang universal, terbaik untuk semua jenis konten, siswa, dan tujuan pengajaran. Hal ini diiringi dengan keyakinan selama ini bahwa setiap media interaktif baru adalah "peluru perak" untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Harus diakui bahwa belajar adalah aktivitas manusia yang cukup beragam dalam manifestasinya dari orang ke orang, dan bahkan dari hari ke hari. Penekanannya kemudian bisa bergeser pada mengembangkan media pedagogis untuk menyediakan cara mengajar alternatif, yang dipilih peserta didik saat mereka terlibat pengalaman pendidikan mereka Teknologi baru selalu membangkitkan ledakan kreatif ide-ide dalam melaksanakan pengajaran dan pembelajaran. Untuk menemukan pendekatan terbaik, maka yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah apa yang menjadi kebutuhan siswa dan guru. Â Idealnya, pendidik akan memutuskan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran mereka berdasarkan keinginan intrinsik untuk meningkatkan hasil belajar dan pengalaman siswa.
Teknologi digital dapat memfasilitasi pembelajaran yang dipersonalisasi, misalnya, di mana pelajar dapat memutuskan untuk memilih jalur pembelajaran tertentu. Mereka bisa memungkinkan pembelajaran kolaboratif di mana konstruksi pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dan negosiasi. Teknologi digital juga bisa digunakan oleh guru untuk mengumpulkan data yang mendukung proses belajar analitik. Â Oblinger (2012) mengemukakan bahwa teknologi dapat memungkinkan siswa dan kelas untuk terhubung dengan pakar industri, memperluas batas-batas komunitas pembelajaran. Simulasi dan gamifikasi dapat digunakan untuk memfasilitasi siswa dengan pengalaman pembelajaran. Selain itu juga mampu memberikan umpan balik yang cerdas tentang kemajuan. Teknologi dapat menawarkan saran umpan-balik tentang apa yang harus dipelajari selanjutnya. Teknologi juga menyediakan siswa dukungan peer-to-peer melalui sistem jaringan sosial. Hal ini menunjukkan berbagai alasan berbasis praktik yang menarik yang bisa dipilih pendidik untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pelajaran mereka. The International Society for Technology in Education (ISTE) menguraikan serangkaian tujuh kemampuan siswa yang perlu untuk dipelajari secara efektif untuk hidup secara produktif dalam dunia yang semakin global dan digital, yaitu: Siswa yang berdaya belajar memanfaatkan teknologi untuk digunakan berperan aktif dalam memilih, mencapai, dan menunjukkan kompetensi dalam tujuan pembelajaran; Digital citizen yang mengakui hak, tanggung jawab,dan peluang hidup, belajar, dan bekerja di sebuah dunia digital yang saling berhubungan, dan mereka bertindak dan menjadi model dalam cara-cara yang aman, legal, dan etis; Pembangun pengetahuan kritis, siswa mengkurasi berbagai sumber daya digital untuk membangun pengetahuan, menghasilkan artefak kreatif, dan membuat pengalaman belajar yang bermakna untuk diri mereka sendiri dan orang lain; Perancang yang inovatif yang menggunakan berbagai teknologi dalam proses desain untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan menciptakan solusi baru, berguna, atau imajinatif; Pemikir komputasi yang mampu mengembangkan dan menggunakan strategi untuk memahami dan memecahkan masalah dengan cara memanfaatkan kekuatan metode teknologi untuk mengembangkan dan menguji solusi; Komunikator kreatif yang berkomunikasi dengan jelas danmengekspresikan diri secara kreatif untuk berbagai keperluan menggunakanplatform, alat, gaya, format, dan media digital yang sesuaiuntuk tujuan mereka; Kolaborator global yang menggunakan alat digital untuk memperluasperspektif mereka dan memperkaya pembelajaran mereka dengan berkolaborasidengan orang lain dan bekerja secara efektif dalam tim local maupun global, (Bower, 2017).
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan mengakibatkan perubahan akan lapangan pekerjaan yang semakin bervariasi, ditambah kebutuhan SDM yang lebih mumpuni dan daya saing nasional yang terus meningkat mengharuskan dunia pendidikan di Indonesia harus siap melakukan perubahan untuk menghadapinya. Â Menjawab tantangan tersebut kuncinya terdapat pada guru. Zaman berubah begitu cepat dan tentu mengharuskan inovasi pembelajaran mengikutinya. Guru harus bisa menjawabnya dengan kemampuan literasi baru dengan aspek literasi data literasi teknologi dan literasi humanistik atau SDM. Sangat disayangkan apabila seorang guru tidak dapat meningkatkan kompetensinya, tidak selayaknya seorang guru di zaman seperti ini belum bisa menghidupkan atau mematikan komputer, menerapkan e-learning, melakukan literasi digital, dan merancang pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. Perlu dilakukan perubahan dengan beberapa pendekatan. Pertama, TIK dalam pembelajaran menyesuaikan era digital. Kedua, semua guru wajib melek TIK literasi dan mendorong inovasi berbasis digital. Ketiga, salah satu indikator guru ideal yaitu memiliki kompetensi digital. guru yang mampu menjawab tantangan zaman adalah mereka yang melek TIK literasi digital juga menguasai teknologi secara teoritis dan praktis
Pengembangan kompetensi guru sangat dibutuhkan di abad 21 ini, karena dengan mengembangkan kompetensi, guru dapat menghadapi generasi yang akan datang. Untuk mendukung kompetensi guru dalam hal pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional seorang guru menurut harus diberikan peningkatan metode pembelajaran seperti tutorial learner centered sampai games education. Sedangkan menurut (Somantri, 2021) penguasaan aspek-aspek pedagogik dan pemahaman tentang kompetensi pedagogik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru agar dapat memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya. Meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya menurut dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang guru jika sering mengikuti pelatihan Teknologi Informasi terkait pembelajaran maka kompetensi guru akan meningkat. Sejalan dengan itu mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pedagogik, guru dalam merencanakan dan mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik, efektif dan menarik seorang guru harus sering mengikuti kegiatan webinar dan workshop terkait pemanfaatan teknologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H