Mohon tunggu...
Prima
Prima Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

pengajar yang ingin berbagi buah pikiran melalui suatu media

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebahagiaan Itu Diperoleh Bukan Diberi (Sebuah Kajian Tentang Kebahagiaan)

23 November 2024   12:20 Diperbarui: 23 November 2024   12:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahagia diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); kebahagiaan diartikan kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin) baik dunia maupun akhirat; keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin (https://kbbi.web.id). Kebahagiaan (jagadhita) merupakan keadaan batin/jiwa yang merasaan ketentangan atau ketentraman baik yang disebabkan oleh pemenuhan jasmani maupun rohani. Dalam ajaran agama mengkhusus agama Hindu bahwa kebahagiaan itu hanya terwujud jika adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Ajaran ini disebut Tri Hita Karana (tiga faktor penyebab terwujudnya kebahagian). Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara ketiga faktor tersebut. Dalam kehidupan ini semua aktivitas memiliki aturan. Semua yang ada di alam bebas maupun di dunia harus mengikuti aturan dalam pergerakannya. Jika aturan ini tidak diikuti maka pasti akan terjadi kehancuran.

 Prahyangan: Hubungan dengan Tuhan

Tuhan, dalam kajian agama dianggap sebagai sumber utama kebahagiaan. Kebahagiaan itu diukur bukan hanya dari kekayaan material tetapi dari kedamaian hati, kesehatan, dan hubungan yang baik dengan Tuhan. Dalam konteks ini, kebahagiaan diperoleh melalui pengabdian dan penghormatan kepada Tuhan. Dalam praktinya seperti berdoa, melaksanakan upacara Yadnya, dan mengikuti ajaran agama merupakan cara untuk memperoleh kebahagiaan ini. Dengan menjalankan kewajiban spiritual, kita tidak hanya mendapat berkah tetapi juga menciptakan rasa damai dan kepuasan batin yang mendalam. Hidup damai dan bahagia disesuaikan dengan keadaan pikiran, jika pikiran buruk maka kebahagiaan itu tidak akan didapat, begitu pula sebaliknya, apabila mampu untuk mengarahkan pikiran pada hal-hal yang baik maka kebahagiaan akan datang. Oleh karena itu dalam hal ini kita diharapkan untuk terus belajar untuk dapat mengendalikan pikiran sebagai penyebab kebahagiaan dan kedamaian. Proses pembelajaran dilakukan dengan memahami dan mengaplikasikan jalan yang diajarkan agama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan salah satunya adalah dengan melakukan persembahyangan atau pemujaan. Pemujaan dilakukan dengan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan sebagai penguasa alam dan penentu segala sesuatu yang terjadi. Pemujaan dilakukan sebagai bentuk rasa bhakti yang tulus iklas. Ketulusan dalam menerima segala bentuk hasil dari perbuatan sebagai hasil dari karma, akan mampu menumbuhkan sikap untuk iklas dalam segala hal. Keadaan tersebut akan membawa manusia pada meningkatnya keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan hasil dari karma. Untuk itu mengiklaskan dan mensyukuri segala yang terjadi sebagai kehendak dari sang pencipta merupakan jalan untuk dapat mencapai kebahagiaan yang sempurna.

Pawongan: Hubungan manusia dengan manusia

Pawongan menekankan pentingnya interaksi positif antar sesama manusia. Kebahagiaan dalam konteks ini muncul dari saling menghargai, tolong-menolong, dan membangun komunitas yang harmonis. Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain sebagai lawan dalam berkomunikasi dan untuk mengembangkan kerjasama. Pawongan merupakan sudut pandang sosial akan sebuah penyebab kebahagiaan yang dialami seseorang. Lingkungan sosial yang harmonis menjadikan seseorang merasa bahagia hidup di dalamnya. Kehidupan yang demikian tentu akan menjadi tujuan dari kehidupan bermasyarakat. Kehidupan sosial melibatkan orang lain, sehingga dalam melakukan interaksi dengan orang lain dibutuhkan adanya perilaku atau menciptakan situasi yang mampu membuat diri sendiri dan orang lain merasa nyaman dan bahagia. Pola berpikir yang mampu untuk menciptakan suasana bahagia dalam kehidupan sosial dapat dilakukan dengan selalu berpikir yang baik (positif Thinking), dengan demikian tidak akan ada prasangka buruk kepada orang lain, sehingga tercipta kehidupan yang tentram dan damai. Kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan sosial tidak hanya dapat diperoleh dengan berpikir yang positif, akan tetapi dapat juga dilakukan dengan mengembangkan sikap cinta kasih kepada sesama mahluk. Dasar utama ajaran cinta kasih adalah Tat Twam Asi, aku adalah kamu, kamu adalah aku. Keadaan tersebut menjadikan berkembangnya sikap untuk saling asah, asih, dan asung. Kebahagiaan akan tercipta tatkala suasana itu ada dalam kehidupan sekitar, terhidar dari rasa benci dan fitnah yang menjauhkan diri dari rasa bahagia.

Palemahan: Hubungan Alam semesta dengan manusia

Palemahan menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar. Kebahagiaan dapat diperoleh melalui pelestarian alam dan praktik berkelanjutan yang menghormati ekosistem. Alam semesta berfungsi sebagai tempat tinggal dan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam upaya menjaga kelestarian alam lingkungan sehingga dapat memberikan kebahagiaan kepada mahluk hidup di bumi dalam konsep hindu yang dirumuskan dalam lontar Purana Bali di kenal dengan Sad Kertih, yaitu enam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan baik secara sekala maupun niskala. Lingkungan alam sekitar memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang bahagia dan damai. Keadaan lingkungan yang indah mampu membuat rasa nyaman dan rasa tenang, sehingga seseorang tidak merasa jenuh dan stress. Keadaan lingkungan alam sekitar patut dijaga dan dilestarikan agar tetap indah dan memberi rasa bahagia dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia.

Kebahagiaan harus diperoleh

Berdasarkan pemaparan di atas maka konsep Tri Hita Karana menegaskan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diberikan secara instan, sebaliknya kebahagiaan harus diperoleh melalui usaha dan komitmen untuk mewujudkan ketiga hubungan harmonis tersebut. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan antara ketiga aspek ini, Dengan demikian, kebahagiaan muncul dari integrasi ketiga elemen ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini memerlukan kesadaran dan tindakan aktif dari setiap individu untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan. Melalui usaha yang konsisten dalam spiritualitas, interaksi sosial, dan pelestarian lingkungan, kebahagiaan akan tercapai sebagai hasil dari tindakan nyata, bukan sekadar pemberian atau harapan semata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun