Satu tahun belakangan ini acara hiburan yang bersifat parodi tunggal menjadi magnet tersendiri. Kita mengenalnya dengan stand up comedy. Apa yang pertama kali kita rasakan jika kita diminta untuk maju ke panggung lalu membawakan materi lawakan dengan kurun waktu tertentu? Takut, malu, deg-degan, keringat dingin membasahi tangan, gigi gemertak, pusing bahkan bisa-bisa pingsan sebelum tampil ke depan. Semua itu adalah mental block yang telah berhasil dilalui para komedian tunggal atau disebut komik saat mereka tampil di atas panggung. Mereka berhasil mengalahkan diri mereka sendiri lebih dahulu sehingga mereka mampu menakhlukan audiens (baca: bikin audiens terpingkal-pingkal) dari atas panggung.
Bermula dari acara dikafe-kafe hingga muncul menjadi acara di televisi nasional. Acara stand up comedy memiliki masa tersendiri yang selalu menanti-nanti kehadirannya. Bisa saja buat sebagian orang berpikir, “Gampang lah.. 10 menit di panggung lewat..” Akan tetapi hal tersebut menjadi berbeda jika kita dihadapkan pada situasi yang sebenarnya. Bagi orang yang terbiasa tampil di atas panggung saja belum tentu bisa. Apalagi bagi yang tidak terbiasa berbicara di depan publik tentu ini menjadi beban tersendiri. Bayangkan saja..10 menit di atas panggung berinteraksi dengan audiens dengan materi yang dia bawakan. Iya kalau lucu (sesekali lah), pahit-pahitnya kalau sepanjang parodi enggak ada yang ketawa sama sekali atau kalau enggak ya ketawa tapi maksa. Rempong juga jadinya. Padahal tidak mudah juga mempersiapkan materi kemudian menyampaikannya kepada orang lain yang notabene dari berbagai latar belakang (takutnya ga nyambung jack!).
Saya melihat bahwa semua komedian tunggal baik yang masih amatiran maupun yang udah expert telah berusaha untuk menyampaikan ‘kegalauan’ diri mereka terhadap permasalahan yang ada disekitar dengan sudut pandang yang berbeda. Tak butuh keahlian khusus sebenarnya, hanya saja kita perlu berlatih untuk lebih peka dan dapat merespon dengan cepat. Bisa juga dikatakan mereka adalah contoh-contoh manusia cerdas jaman sekarang yang lagi ‘galau’ dan mereka berhasil mengekspresikan ‘kegalauan’ mereka melalui humoran-humoran segar. Why so serious?? Dunia ini akan menjadi lebih indah bukan jika bertambahnya manusia-manusia macam mereka. Sebenarnya manusia macam apa mereka? Mereka adalah manusia geje alias generasi jenius. Jenius bisa juga dikatakan cerdas dalam melihat fenomena yang ada disekitar kemudian mengkomunikasikannya kepada orang lain dengan sudut pandang yang mereka miliki. Buktinya adalah sering kali setelah melihat standup comedy kita berkata “Oh iyaya.. bener juga dia!” Hal yang sederhana dan sering terlewatkan oleh manusia normal tetapi dapat ditangkap oleh ‘manusia tidak normal’ macam mereka.Tuhan memang Maha Adil, kehadiran mereka mampu mewarnai dunia. Ya asal jangan seperti TV jadul, adanya hitam putih. Kalau iya ya iya, kalau tidak ya tidak. Boleh lah kita jadi abu-abu alias kaum tidak jelas (baca: geje). Akan tetapi menurut saya geje ya Generasi Jenius! So, Apakah Anda termasuk manusia-manusia GEJE alias GEnerasi JEnius?? J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H