[caption id="attachment_139802" align="alignleft" width="345" caption="TERGUSUR. Nasib taekwondoin Novia Anggraeni di Puslatda 100/II cabor taekwondo Jatim tak seindah prestasinya. Kendati menyandang predikat taekwondoin terbaik Kejurnas 2011 di Cibubur, tapi dia harus rela digusur rivalnya, Emy (Malang) dan Warakesti (Lumajang) yang tak berprestasi nasional. Terlihat Novia bersama taekwondoin Norman yang juga diandalkan dalam PON 2012 di Riau."][/caption] SISTEM seleksi takwondoin Pusat Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100/II yang digelar di gedung serbaguna kompleks secretariat KONI Jatim, Jl. Kertajaya Indah Timur, Senin (31/10/2011), dipertanyakan Pengurus Kota (Pengkot) Taekwondo Indonesia (TI) Surabaya. Penyelenggaraan seleksi dinilai beratmosfer rekayasa. Ini dibuktikan dengan tercoretnya taekwondoin Novia Anggraeni.
Taekwondoin terbaik di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di gedung POPKI Cibubur, Jabar, 22 - 24 september 201, itu tergusur dari Puslatda, meski dalam beberapa kali tanding selalu keluar sebagai pemenang. Posisi Novia di Puslatda digantikan oleh Emy dari Malang, yang biasanya tampil dikelas Under 47 kg. Sementara kelas yang ditinggalkan Emy akan diisi oleh taekwondo Warakesti dari Lumajang.
”Saya bingung dengan sistem seleksi atlet Puslatda yang diselenggarakan Pengprov. Novia selalu memenangkan pertarungan seleksinya dengan angka telak, tapi justru dia yang digusur. Posisinya digantikan taekwondoin yang kalah saat seleksi,” kata Pelatih taekwondo Surabaya, Andrea Marinakale saat dihubungi ponselnya, Rabu (02/11/2011).
Penampilan Novia yang turun di kelas Under 46 kg, menurut dia, sangat istimewa dan terbaik diantara taekwondoin lain yang ikut seleksi. Itu dibuktikan dengan kemenangan telak atas semua lawan yang dihadapi. Secara prestasi seharusnya Novia berhak mendapatkan satu tiket Puslatda di kelasnya, tapi yang terjadi sebaliknya. Novia dicoret oleh tim pelatih dan bidang prestasi Pengprov.
Berdasar hasil seleksi yang dilakukan Pengprov, diakui Ketua Umum TI Surabaya M. Khirom, secara pribadi dia mencurigai adanya permainan antara oknum Pengprov dengan oknum Pengkab Malang dan Lumajang. Kerjasama mereka terbukti dari masuknya Emy dan Warakesti yang saat ini menghuni Puslatda, meski keduanya tidak menunjukkan prestasi moncer di Kejuaraan Nasional, Kejuaraan Daerah, ataupun open tournament yang terselenggara selama ini.
Kejengkelan taekwondoin satu-satunya yang menyumbangkan medali emas PON 2000 di Surabaya ini, adalah jawaban sms dari Stevanus. Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengprov ini mengirimkan sms pada Khirom yang isinya, seleksi yang digelar pengrov pada 31 Oktober lalu tidak berdasar pada kemenangan seorang taekwondo dalam bertarung. Namun berdasar potensi taekwondo tersebut dalam mendulang emas PON 2012.
”Membaca sms Stevanus, saya jadi bingung. Dia sebagai taekwondoin seharusnya tahu, bahwa peluang atlet semua cabor beladiri dalam mendulang medali kejuaraan sangat ditejntukan oleh catatan kemenangan yang dibukukan. Sebab catatan kemenangan atlet merupakan tolok ukur skill dan staminanya yang lebih baik disbanding lawan-lawannya,” kata Khirom dengan suara bergetar.
Tak dipungkiri Khirom, bahwa jawaban Stevanus lewat sms itu menunjukkan ada yang tidak beres dalam seleksi atlet Puslatda. Tolok ukur yang tidak sportif dan berdasar prestasi itu dinilainya sangat merugikan Pengkot Surabaya. Karena itu, dalam waktu dekat pengkot Surabaya akan mengirimkan surat protes pada pengprov.
Selain itu, Khirom juga akan menyampaikan persoalan ketidakadilan yang dialami Novia Anggraeni dalam seleksi atlet puslatda itu pada KONI Jatim. Dengan pertimbangan prestasi dalam PON 2012, maka dia akan meminta keadilan prestasi untuk ditegakkan KONI Jatim. Ini karena pemilihan atlet Puslatda sangat menentukan peluang Jatim untuk mendapat tiket dari Pra-PON 2012, juga kesempatan membawa pulang medali PON Riau. (#)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H